"Brian...." Olivia memanggil Brian secara kencang sembari menggedor pintu brutal.
"Apaan sih lo, ganggu gue aja!" bentak Brian dari dalam kamarnya.
Tangan Olivia merenggang dari pintu. Senyum indahnya berubah menjadi masam. Ini yang ke ribuan kalinya ia dibentak. Ia juga bukan orang selalu sabar. Kali ini ia ingin menyerah, menyudahi semua drama yang sudah dilakukan. Olivia berkata pelan dan turun dari lantai atas, "Aku cuma mau bilang, kita harus ke bandara jam 6."
Ya, Olivia diperintahkan Raymond mengikuti Brian ke mana pun berada. Meski pun mereka belum menjadi suami istri, tapi Raymond yakin tak akan terjadi apa-apa. Olivia mendekati keluarga Raymond. Menduduki kursi yang tersisa di meja makan. Bukan biasanya mereka sarapan pada jam 5. Ya, itu karena perjalanan Brian dan Raymond secara bersamaan namun ke tempat yang berbeda.
"Brian gimana?" tanya Vina sembari mengolesi selai di roti sisirnya.
Olivia tersenyum pasrah lalu menggeleng pelan. "Katanya dia gak mau diganggu."
"Kebiasaan tu kakak, pengen tak hihhh," ujar Visya geram.
"Om, tan, Oliv...." Olivia menjeda kalimatnya beberapa saat. Membuat mereka mengerutkan keningnya. "Oliv mau berhenti merjuangin Brian, cukup sampai di sini saja."
"Loh kenapa sayang?"
"Percuma kita berjuang sendiri. Gak ada gunanya yang ada Cuma sakit hati."
"Om hargai keputusan kamu. Maafin anak Om ya," ujar Raymond memelas.
Olivia mendongak, matanya sudah berkaca-kaca. "Iya om gak apa-apa. Cinta Brian hanya untuk Keyra dan itu tulus. Olivia hanya bisa berdoa agar Keyra bisa memaafkan dia dan semoga Keyra belum memiliki keluarga kecil."
"Tante juga berharap seperti itu," ujar Zahra. "Ayo sarapan, biarkan saja Brian. Nanti juga turun sendiri."
"Iya oma," ujar Ana manis, menampilkan lesung di pipi gembulnya.
Brian dan Olivia sudah memasuki pesawat tujuannya. Bahkan sudah setengah perjalanan di atas awan. Tempat duduk mereka bersebelahan. Brian menaikkan alisnya, memikirkan sikap Olivia yang berubah. Biasanya jika seperti ini Olivia akan selalu mengajak berbicara tapi kali ini tak sama sekali. Brian menengok ke arah jendela. Memandangi indahnya ciptaan Tuhan. Gue yakin, kalau kita memang jodoh. Tuhan akan temuin kita dengan cara yang tak terduga.
1 jam berlalu, kini Brian dan Olivia sudah sampai di bandara. Mereka tengah menunggu taksi online yang mereka pesan. Tampaknya Olivia masih sedikit canggung untuk berbicara, tapi segera ia paksakan.
"Besok, aku harus ikut kamu apa enggak?" tanya Olivia mulai memasuki taksi yang sudah sampai.
"Ya, kalau lo gak ikut terus ilang gue yang repot." Brian menjawab cuek.
Olivia kini menikmati pemandangan di Bali yang mengagumkan. Banyak turis yang berlalu. Sedangkan Brian, ia tengah sibuk dengan ponselnya. Masih sibuk mencari keberadaan Keyra. Berusaha melacak tapi percuma.
Tak lama mereka pun sampai di hotel bintang 5. Kamar mereka bersebelahan. Setelah mereka mengemasi barang. Mereka berniat untuk pergi ke pantai. Hanya untuk melepas penat. Mereka menyusuri pantai yang tak ramai. Berpencar untuk menikmati tempat yang di inginkan masing-masing.
Brian terduduk di bawah pohon kelapa. Menghirup udara segar sebanyak-banyaknya. Menoleh ke kanan ke mari untuk mencuci mata. Namun, tak ada yang mengagumkan selain ombak pantai yang tak tinggi. Sedangkan, Olivia tengah mencari spot foto yang mengagumkan untuk diposting di laman Instagram-nya
Kini Keyra sudah berkemas. Keluarganya pun sudah berada di rumah sakit semuanya. Termasuk Hana dan Alga. Keyra saat ini masih sarapan. Menikmati makanan rumah sakit untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu ia sudah tak mau lagi. Hambar dan tak enak baginya. Keyra memanggil ayahnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyzura [END]
Teen FictionTentang Keyzura Auristella M. Seorang gadis mungil dengan sejuta ceria. Gadis ramah dengan senyum ceria Yang tidak pernah lepas dari wajah Cantik nya. Namun siapa sangka kalau ternyata gadis itu menyimpan luka dimasa lalunya. Potongan memori kejadia...