21. Keyzura

166 14 0
                                    

Happy Reading:)

Mentari pagi menyinari bumi dengan sumber cahayanya yang terang. Menerobos celah-celah mungil di antara dedaunan. Menyoroti gadis yang terperunyuk di rerumputan belakang sekolahnya. Membaca setiap kata demi kata yang terangkai dengan elok. Pikirannya berangan-angan membayangkan serta merasakan isi cerita itu. Menggambarkan dirinya yang tengah mengiris tubuh manusia, mendengar suara merdu jeritan manusia titik masih tentang 'psikopat' yang di bacanya. Keyra tak terlalu suka membaca namun dia akan mengisi mood-nya dengan membaca tak semuanya tentang itu kadang juga tidur untuk membuat mood nya baik.

Suara benda yang terlempar di punggung Keyra membuatnya berbalik dan siap untuk menyembur dengan kata-kata yang sudah di rangkai nya. "Lo itu ya, nggak punya mata atau gimana sih main lempar buku ke punggung orang saja!" Keyra menyembur pada seseorang di depannya yang ternyata sahabatnya sendiri, lebih tepatnya mantan sahabat.

"Gue sengaja lempar lo. Masih untung gue lempar buku bukan batu yang akan bikin lo gagar otak yang kedua kalinya."

"Gue kira lo yang gak pernah jadi sahabat gue selama 3 tahun itu ada landasan saling percaya yang pernah lo ucapkan tapi ternyata lo ngehianatin ucapan lo dan malah percaya sama orang baru." Keyra mengambil buku yang ada di sebelahnya.

"Mana gue percaya sama orang kejam yang celakain orang sampai pingsan di depan mata gue sendiri dan itu sudah menjadi bukti."

"Terus mana bukti lo yang melandaskan saling percaya dalam persahabatan kita?"

Dilla bungkam, bingung untuk menjawab apa di hatinya baru kali ini dia tak mempercayai sosok Keyra sedangkan dia selalu mempercayainya. "Nggak usah bilang kita sahabat gue nggak sudi sekarang kita musuh."

Dilla berlalu pergi.

Keyra diam sejenak lalu tertawa kecil. "Bodohnya gue masih ngakuin dia sahabat gue."

Keyra kembali duduk di tempat semula nya, tidak lagi membaca namun bergeming memandangi langit yang biru entah memikirkan apa. Seusai melihat langit beberapa menit ia menunduk lalu memunguti bukunya dan berlalu pergi. Namun ponselnya tertinggal dan dia balik pergi mengambil benda pipih nya itu.

"Untung gak hilang." Keyra berbalik namun dia bertemu seseorang di depannya.

"Hallo." Seseorang menyapanya.

Keyra memutar bola matanya malas hendak berjalan namun tangannya dicekal oleh orang itu erat-erat. "Apaan sih lo?!" Keyra menghempaskan tangan orang itu dengan kasar.

"Bukan apa-apa gue cuman mau nunjukin sesuatu sama lo." Orang itu mengeluarkan benda yang ada di balik punggungnya dengan senyum miringnya. "Gue juga punya yang kayak punya lo."

"Lo mau apa?"

Nara menatap mata Keyra lalu tertawa tak jelas. Mendekati Keyra hingga berjalan mundur. "Mau gue masih sama... Mau lo mati."

Peluh Keyra berjatuhan, ia tak bisa berpikir kali ini yang di desak Nara, ia mundur perlahan hingga membentur pohon. Berusaha menetralisir napasnya yang memburu dengan memejamkan mata.

"Lo kali ini nggak akan bisa lolos dari gue!"

Keyra masih terpejam mengumpulkan keberaniannya lagi dan pikirannya agar kembali normal. Nara semakin melebarkan senyumnya dengan cepat dia mendaratkan bisanya ke arah kira tepat di bagian jantung.

Sekali tancapan, pisau itu justru menancap pohon. Keyra berhasil menjauh tetapi pisau Nara menggores lengan atasnya. Ia melirik lengannya yang berlumuran darah, untungnya ia memakai kaos hitam setelah latihan dengan Brian kalau memakai seragam nya pasti menembus darah merah yang menempel. Keyra mendengus kesal melihat tangannya tergores lalu melepaskan seragam putihnya yang sedikit terkena darah dan sedikit terkoyak.

Keyzura [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang