Chapter 24 (Revisi)

14.3K 1.6K 7
                                    

Apa susahnya kasih vote? Orang gratis kok
Itung-itung menghargai karya orang yekan xixi
Happy Reading
.
.
.
.
.

Saat ini Aurora dan para sahabatnya sedang berada di kantin. Guru sedang rapat untuk mengadakan acara ulang tahun sekolah minggu depan. Semua murid dipulangkan. Namun mereka ke kantin lebih dulu karna sekarang seharusnya jam istirahat pertama.

"Males banget gue ada acara ultah segala" celetuk Raka sambil menopang dagunya.

"Emang, ntar dipilih suruh nyanyi lah apa lah" ucap Vana malas.

"Gue dari dulu belum pernah ikut, baguslah gak dipilih juga" ucap Aurora santai.

"Lo gak pengin ikut gitu? Suara lo bagus" usul Vina.

"Hooh tuh" ucap Vana setuju.

"Btw bayi lo mana Ra?" tanya Sean.

"Udah pulang sama Arkan ,main ke rumahnya sekalian katanya" ucap Aurora. Sean pun hanya ber 'oh' ria.

Aurora melihat jam yg melingkar di tangannya, sudah menunjukkan pukul setengah 10. Aurora pun berdiri sambil menenteng tasnya.

"Bang pulang yuk" ajak Aurora yg diangguki Alan.

"Kita duluan" ucap mereka berdua lalu pergi.

"Hati-hati" jawab mereka semua serempak.

--------------------------------------------
Saat ini Aliza sedang menonton TV setelah memasak tadi. Masih ingat Aliza kan? Mamah Aurora & Alan.
Lalu Papah turun dari kamarnya sudah siap dengan jaz nya. Ia akan berangkat ke London, mengurus cabang perusahaannya di sana.

"Mah, Papah pergi dulu. Baik-baik dirumah" ucapnya sambil tersenyum.

Aliza pun menyalimi suaminya dan mencium punggung tangannya, "Iya, Papah juga hati-hati. Kalo udah sampe kabarin" ucapnya yg diangguki Acwel.

Setelah merasa mobil Acwel sudah pergi dari pekarangan rumah, Aliza pun segera mengambil HP-nya menelpon seseorang.

"Halo Assalamu'alaikum. Kenapa mah?"

"Wa'alaikumsalam. Kamu bisa pulang Ra? Bawa Alan sekalian, Mamah pengen ketemu" ucapnya pada seseorang diseberang sana yg tak lain adalah Aurora.

Aurora yg disana terkejut, kok Mamahnya tau?

Mamah yg mengerti pun mengatakan, "Nanti mamah ceritain sekarang kalian kesini ya. Tenang aja Papah udah pergi kok. Baru aja dia ke bandara tadi" ucapnya.

"Oke , aku sama bang Alan siap-siap dulu"

"Iya hati-hati ya" ucap Mamah lalu telpon dimatikan sepihak oleh Aurora.

-----------------------------------------
Saat ini Alan & Aurora sedang berada di mobil menuju ke rumah sesuai permintaan sang Mamah. Alan sangat senang tentunya, ia sangat merindukan sosok Mamahnya itu. Yah meskipun Papahnya masih membencinya.. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi mereka pun turun.

Ting tong!
Ceklek~

"Assalamuala-" belum selesai Aurora mengucapkan salam. Mamahnya langsung memeluk anak pertamanya yg tak lain adalah Alan. Alan pun membalas pelukannya.

"Hiks hiks Mamah kangen banget sama kamu. Maafin Mamah karna gabisa belain kamu waktu itu" ucapnya sambil menangis.

"Gapapa mah. Mamah gak salah kok" ucap Alan tersenyum tulus.

"Mending kita ngobrol di dalem yuk" ajak Aurora.

Sekarang mereka berada di ruang tamu. Mamah menceritakan saat ia melihat mereka berdua di supermarket, dan Alan juga menceritakan bagaimana kehidupannya dulu sampai akhirnya Aurora menjemputnya. Sedangkan Aurora ia sedang fokus menonton TV sambil memakan cemilan yg disediakan oleh Bibi alias pembantu disini.

"Papah pergi kemana kali ini?" tanya Aurora tanpa mengalihkan pandangannya dari TV.

"Kalo gak salah sih perusahaan yg di London" ucap Mamah , Aurora pun hanya ber 'oh' ria.

"Papah masih belum bisa nerima Alan lagi ya mah?" tanya Alan sendu.

"Yang sabar ya nak. Doakan semoga Papahmu-" belum selesai Mamah berbicara seseorang datang.

"Assalamu'alaikum. Mah- loh kamu?!" ucap seseorang itu yg tak lain adalah Acwel.

Mamah terkejut, Alan sudah panas dingin sekarang. Ia takut Papahnya akan membentak , memisahkannya dengan adiknya lagi dengan mengusirnya. Sedangkan Aurora ia hanya menatap Papahnya dengan datar.

"Sedang apa kamu disini? Masih hidup ternyata" ucap Papah sinis.

Alan pun hanya diam.

"Untuk apa kamu kembali heh? Mau membuat sial lagi?" ucapnya dingin. Alan hanya menunduk.

Mamah ingin membuka mulutnya namun sudah didahului oleh Aurora.

"Jaga ucapan Papah. Bang Alan bukan pembawa sial, dia itu anak Papah" ucap Aurora tak kalah dingin dan jangan lupakan tatapannya yg tajam.

"Cih, Papah gak sudi punya anak kayak dia. Pembawa sial! Seharusnya dia mati sa-" belum selesai Papah berbicara Aurora berdiri mendekatinya dan..

Bugh

Aurora menonjok rahangnya membuat Papahnya mundur beberapa langkah.

"AURORA!" teriak Mamah, Alan dan ketiga orang yg baru saja datang.

"Siapa yg mengajarkan kamu jadi anak durhaka hah?!" bentak Papah.

"Siapa?! Papah tanya siapa? Jangan salahin aku! Aku kayak gini juga gara-gara Papah! Dari dulu Papah cuman mentingin pekerjaan aja! Kapan? Kapan Papah didik aku? Kapan Papah ajari aku dengan baik? Kapan Papah selalu ada buat aku?" ucapnya dan tak terasa air matanya menetes. Papahnya hanya bisa diam membisu.

"Aku sering liat. Keluarga yg harmonis, jalan bareng meski cuma ke taman. Keluarga yg lengkap, kasih sayang dari orang tua. Aku liat anak mereka bahagia, sangat bahagia. Aku iri! Aku juga pengin kayak gitu! Tapi kapan? Kapan Papah punya banyak waktu untukku?! Kasih sayang dari Mamah saja gak cukup! Aku juga butuh dari Papah! Kenapa Papah selalu mementingkan pekerjaan aja?" lirihnya dengan air mata yg terus menetes. Bahkan Mamah pun sudah menangis ,Alan pun ikut meneteskan air matanya.

"Sudah begitu , Papah juga mengusir bang Alan. Papah itu mikir apa sih? Kecelakaan Tante Rosa itu takdir! Bukan salah Abang! Seharusnya Papah tau itu!" lanjutnya lagi. Ketiga orang yg baru saja datang terkejut.

"Jadi selama ini kamu bohongin Mamah?!" ucap salah satu dari mereka yg ternyata adalah Oma Aurora dan Alan alias Mamah nya Acwel.

Namun Acwel tidak menjawabnya, ia fokus pada satu orang di belakang Mamahnya. Air matanya menetes.

"Ro-sa?"
.

.

.

.

.

.
Apa nih? Rosa hidup lagi?
Apa emang sebelumnya belum mati?
Tunggu part selanjutnya yaw
Vote nya dong

RACIO BadGirl & Childish Boy -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang