Aurora mengendarai motor sport nya diatas rata-rata. Diikuti oleh para anggota inti Serigala dan satu mobil milik Vana dan Vina. Mereka berhenti di tempat perjanjian. Aurora melepas helmnya , membuat rambutnya tergerai.
"Mana nih si nenek lampir?" tanya Raka sambil menopang dagunya
"Tauk, awas aja kalo ga dateng" ujar Gyan.
Tak lama kemudian datang mobil milik Jeni. Jeni, Siska, dan Rina pun turun dengan gaya angkuhnya. Jangan lupakan baju nya yg ketat dan roknya yg pendek, serta high heels yg tinggi.
"Perasaan kita cuma gada acara apa-apa dah?" heran Raka menatap mereka bertiga.
"Jadi ini mak lampir nya? Waduh mbaknya mau ngejalang ya?" ledek Vino membuat mereka bertiga geram.
"Diem lo!" ujar Siska.
"Gue cuma mau bilang, jangan ganggu sahabat dan pacar gue. Gue udah pernah peringatin kalian kan?" ucap Aurora datar.
"Cih, gak akan sebelum gue dapet apa yg gue mau" ucap Rina.
"Lagian lo tuh ga pantes, ini juga ngapain sih kalian pada mau temenan sama dia. Cantikan juga gue" ucap Jeni menunjuk anggota inti.
"Idih pede banget" cibir Gyan.
"Kalo bukan cewe udah gue tonjok" ujar Vian dingin.
"Kok gitu sih kalian? Mending sama kita aja yuk jalan bareng" ucap Rina dengan nada yg dilembut-lembutkan membuat mereka berlagak muntah.
"Dasar murahan! Ga disekolah ga diluar kerjaannya cuma godain cowok!" ujar Vana begitu keluar dari mobilnya diikuti Vina.
Jeni sangat geram, ia maju mendekati Aurora.
Plak
Para anggota inti menggeram marah.
"MAKSUD LO APAAN HAH?!" bentak Vian tak terima Aurora yg sudah ia anggap adiknya tersakiti.
"Cih, di layanin berapa jam lo sama dia? Sampe dibelain gitu" cibir Siska.
"Jaga mulut kotor lo jalang!" ucap Vina emosi.
"Kalo kalian orang yg baik-baik kita bisa aja jadi temen kalian. Daripada kayak gini" ucap Aurora santai.
"Tau tuh, ubah sifat kalian!" ujar Sean.
"Hahahaha kita gabutuh temen kayak lo" sinis Jeni.
"Yakin? Mumpung gue lagi baik gue gak akan ngapa-ngapain lo" ujar Aurora.
.
.
Dari arah yg berlawanan terdapat sebuah truk dengan rem yg blong. Sang supir sengaja memilih ke jalan sini karna memang terkenal sepi. Namun siapa sangka ada segerombolan remaja yg tak lain Aurora dkk dan para cabe.
"Gak gue gak mau" ujar Rina.
Tiin tiin
Mereka semua serempak menengok ke arah samping. Mereka terkejut, Jeni dan Aurora yg berada di tengah jalan pun sama terkejutnya. Sedetik kemudian truk itu sudah dekat, Aurora yg menyadarinya hendak mundur namun Jeni malah menariknya dan dirinya berlari mundur.
Bruuk
"AURORA!" teriak para sahabatnya. Truk yg tadi pun sudah kabur entah kemana mereka tak peduli. Yg terpenting sekarang adalah Aurora.
"Maksud lo apa njing?!" ucap Vina emosi.
"Gue bakal bilang bokap buat nuntut perbuatan lo" ujar Vino karna Papanya adalah kepala kepolisian.
Jeni berkeringat dingin sekarang.
"Cepet bawa Aurora ke rumah sakit hiks" ujar Vana yg sedang memeluk kepala Aurora di pangkuannya. Ia tak peduli bajunya kotor terkena darah.
-------------------------------------------
Disisi lain Cio sedang mengambil gelas untuk minum. Tiba-tiba gelas yg diambilnya terjatuh.
Prang
Mommy dan Daddy yg baru saja pulang dari kantor pun menyusul asal suara.
"Ya ampun nak, kamu gapapa?" tanya Mommy nya khawatir.
Cio hanya diam dengan menatap gelas yg sudah terjatuh dengan pandangan kosong.
"P-perasaan Cio gak enak mom," ucap Cio lemah.
"Mungkin itu cuma perasaan kamu aja, mending kamu istirahat aja ya" ucap Daddy. Baru saja mereka melangkah tiba-tiba handphone Cio berdering.
"Siapa nak?" tanya Mommy.
"Temen Cio mom, bentar" ucap Cio lalu mengangkat telfon dari Raka.
"Halo kenapa Rak?"
"....."
"Rumah sakit? Siapa yg sakit?" heran Cio.
"......"
"APA?! GAK MUNGKIN!"
"....."
"Oke Cio kesana segera"
Tuut tuut
"Kenapa nak?"
"R-rara mom, kecelakaan...
.
.
.
.
.
.
.
Menuju end yuhuu
Votenya guysss
*ngingetin vote mulu yak wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
RACIO BadGirl & Childish Boy -END-
Teen Fiction(SUDAH DIREVISI) FOLLOW AKUN AUTHOR DULU:) Cerita seorang bad girl yg bar-bar, suka balapan, tawuran. Entah sudah berapa kali ia memasuki ruang BK. Memiliki seorang pacar yg cengeng, manja dan childish. "Hiks hiks huaaaa" "Ad-duh duh jangan nangi...