Chapter 30 (Revisi)

13K 1.3K 4
                                    

Votenya Jan lupa!!
.
.
.

Hari ini sekolah diliburkan karna terjadi ledakan pada beberapa ruangan yg pelakunya ternyata adalah para penjahat yg selama ini sedang di incar oleh pihak kepolisian. Jadi sekolah akan di renovasi dan ultah sekolah akan ditiadakan. Para murid diliburkan selama beberapa hari. Alesan aja ada ledakan, aku mau sekolah diliburkan aja pokoknya titik!

Dari semalam Aurora tampak murung, berkali-kali ia menghubungi Cio namun tidak diangkat sama sekali.

"Hiks Cio.. kamu salah paham" lirihnya.

Ceklek~

Alan merasa iba melihat adiknya. Rian sudah memberitahu nya tentang yg kemarin. Sungguh, ingin sekali Alan ikat dan bungkam mulut Cio itu agar mendengar penjelasan adiknya.

"Dek, sarapan dulu yuk" ajak Alan. Aurora hanya mengangguk lesu. Lalu Alan pun merangkul adiknya menuju ke bawah untuk sarapan.

"Itu punya aku om!" ucap Rian kesal karena Acwel mengambil ayam goreng di piring nya.

"Apaan kamu om udah biasa yg bagian ini! Kamu yg lain aja tuh" ucap Papah Acwel menunjuk piring yg berisi beberapa potongan ayam.

"Kalo ada yg bagian itu lagi aku gabakal protes! Sini balikin udah kuambil juga!" ucap Rian berusaha mengambil ayamnya kembali namun Papah Acwel lebih dulu memasukannya ke dalam mulut.

"Nih ambil" ucapnya setelah mengeluarkan ayam dari mulutnya.

Rian yg melihatnya jijik, "Dasar om laknat, nyebelin,rese!" gerutu nya namun diacuhkan oleh Papah Acwel.

"Lah ada lo disini, gak ngampus bang?" tanya Alan begitu duduk didepan Rian diikuti oleh Aurora.

"Nanti ada kelas siang" ucap Rian yg diangguki Alan.

Lalu mereka pun makan dengan tenang.

-------------------------------------------

Pukul 10.00

Aurora benar-benar gabut. Ingin main ke tempat Cio nya namun ragu. Ia takut Cio menghindarinya, tidak mau mendengarkan dirinya.. Huftt
Heumm seperti nya ia butuh tempat untuk menghibur diri. Mana lagi kalau bukan markas')
Ia pun menghampiri kamar abangnya, dan ternyata Alan juga sama bosannya, ia hanya berguling-guling di kasur.

"Bang ke markas yok, gabut nih" ajak Aurora.

Alan berbinar, "Ayok!" Lalu mereka pun menuju ke markas menggunakan motor masing-masing.
Saat sudah dekat dengan markas Aurora melihat segerombolan preman yg sedang mengeroyok seseorang. Tunggu.. sepertinya ia kenal? Saat seseorang itu berbalik, nah kan! Ternyata itu Javas, masih inget Javas kan? Kalo lupa baca di part 15.
Aurora pun berhenti di pinggir jalan, Alan yg melihatnya pun ikut berhenti.

"Lo duluan aja sana bang, udah deket juga. Ntar gue nyusul" perintah Aurora.

"Emang lo mau ngapain?" tanya Alan.

"Udah deh nurut aja cepet!" ucap Aurora tegas, Alan pun pasrah akhirnya dia menuruti perintah adiknya. Sedangkan Aurora ia melepas helmnya, lalu turun dari motornya menghampiri para kunyuk eh preman!

"Woi banci amat maennya keroyokan" cibir Aurora. Para preman itu pun menggeram marah. Aurora dapat melihat keadaan Javas sekarang, babak belur, sudut bibir berdarah, cih lemah! Pikirnya.

"Diem lo anak kecil!" ucap salah satu pria yg Aurora yakini ia adalah ketuanya, maybe.

Seketika Aurora teringat kartun Syifa, "Ekhem" ia pun berdehem sebelum memulai bicaranya, "Aku bukan anak kecil paman! Namaku Syif-  Aurora!" nah kan sok-sokan niru Syifa tapi gak namanya juga kalik!

Para preman tersebut menatapnya datar. Aurora mengernyit, perasaan gue ngomong bener dah? Batinnya.

"Bocah gausah banyak bacot! Serang!" perintah salah satu pria lalu para preman itu pun menyerang Aurora. Namun Aurora hanya santai, ia bahkan sedang menghitung ada berapa jumlah mereka.
1
2
3
4
Ohhh 4 doang kecil! Batinnya menyeringai. Ia pun mulai melawan mereka dengan tangan kosong. Hanya dalam waktu 3 menit mereka sudah tumbang.

"Cuih!" Aurora meludahi salah satu preman itu membuat nya marah ,namun tak bisa melawan karna tubuhnya sangat sakit. Aurora mendekati Javas lalu mengulurkan tangannya. Javas pun mendongak seketika ia baru sadar ternyata musuhnya ini cantik sekali, aw!

"Gue tau gue cantik makanya punya pacar" ucap Aurora sombong sambil mengibaskan rambutnya.

Javas menatapnya datar, musuhnya ini memang sangat menyebalkan.

"Btw lo ngapain di deket sini? Mau nyerang markas gue lagi? Kok sendiri?" cerocos Aurora sambil membantu Javas berdiri.

Javas menghela napas, "Gue emang mau ke markas lo, tapi bukan itu tujuan gue. Gue mau kita damai" ucapnya.

Aurora tak terkejut sama sekali bahkan ia terkekeh kecil. "Yakin lo?"

Javas mengangguk mantap, "Iya, gue sadar gue yg salah disini. Padahal kalian ga pernah cari masalah sama gue" ucapnya tulus.

"Oke kita damai?" ucap Aurora sambil tersenyum mengulurkan tangannya.

"Damai!" ucap Javas membalas senyuman dan uluran tangannya.

"Ya udah ayo ke markas gue" ajak Aurora.

"Motor gue gimana? Badan gue sakit nih" ucap Javas sambil meringis dengan beberapa luka memar di tubuhnya.

"Itu gampang biar gue urus, ayo lo ikut gue!" ucap Aurora lalu mereka pun menuju ke markas Serigala dengan Javas yg membonceng Aurora.

.

.

.

.

.

.

Nah gitu aja deh damai🤝
Vote nya guys!

RACIO BadGirl & Childish Boy -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang