Yuhuu part terakhir')
Oh iya setelah ini mau ekstra part dulu apa langsung sequel aja? Author tunggu comment dari kalian^^
Happy reading ❤️
..
.
.
Semua sedang menunggu dokter keluar dari ruangannya. Semuanya sangat sedih dengan kejadian yg menimpa Aurora. Seperti yg dikatakan Vino, Jeni di tuntut oleh Ayahnya. Sedangkan Rina dan Siska mereka sudah meminta maaf.
"Cio sayang, kamu makan dulu sana. Kan tadi belum makan" ucap Mommy Anna.
Cio menggeleng lemah, "Gak mau mom, Cio mau nunggu aja"
"Jangan gitu sayang, Aurora pasti ga suka kalo kamu kaya gini" ucap Mamah Liza dengan isakannya.
"Ayo gue temenin" ajak Sean dan para anggota inti kecuali Vian.
Mereka pun berjalan menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka.
Beberapa menit kemudian...
Dokter keluar dari ruangan dengan wajah yg sulit diartikan.
"Bagaimana keadaan anak/adik saya dok?" tanya Papah dan Alan bersamaan.
"Sebelumnya saya meminta maaf, Tuhan berkehendak lain. Pasien ternyata memiliki penyakit leukimia yg sudah masuk stadium 3. Apa pasien tidak pernah berobat sebelumnya?" tanyanya.
Mereka semua terkejut, "Anak saya tidak pernah bilang dok" ucap Papah Acwel.
"Jadi begitu. Saya turut berduka, saya akan mengurus jenazahnya. Permisi" ucap dokter itu lalu melenggang pergi.
Mereka semua menangis tak percaya. Acwel yg terkenal dingin diluar pun meneteskan air mata nya.
"Mommy Rara gimana? Baik-baik aja kan?" tanya Cio yg baru saja selesai dari makannya.
"Bang Rara gapapa kan? Kok pada nangis sih?" tanya Raka pada Vian.
"Kalian yg sabar ya," ucap Mommy.
"Apa sih mom? Rara gapapa kan?" tanya Cio namun Mommy hanya menggeleng.
Cio masuk ke dalam ruangan, ia melihat Raranya yg sudah tertutup oleh kain putih. Cio menggelengjan kepalanya tak percaya, air matanya menetes.
Cio menggenggam tangan Raranya, mengecupnya berkali-kali. "Rara nge prank Cio ya? Rara pasti ngerjain Cio kan? Ayo bangun, jangan gini ih. Cio gak suka ya Rara ngerjain Cio kayak gini. Ayo Rara bangun, ntar Cio ajak main deh, Cio ajak jalan-jalan kemanapun yg Rara mau. Ayo bangun Rara, bangun hiksss.."
"Rara jahat, padahal Cio udah janji gabakal ninggalin Rara. Tapi kok Rara malah pergi sih. Hiks Rara ayo bangun hiks"
"Permisi, jenazah akan segera dimakamkan" ucap dokter yg baru saja masuk.
Untuk terakhir kalinya, Cio mencium bibir Aurora lembut. Hanya kecupan, bukan lumatan. "Cio keluar dulu"
------------------------------------------
Sore ini langit terlihat mendung. Pemakaman Aurora telah selesai. Semua anggota Serigala datang turut berduka atas kepergian ketua mereka yg mereka sayangi.
"Hiks hiks kenapa lo pergi sih Ra, lo jahat Ra hiks" isak Vina.
"Lo yang tenang disana ya Ra hiks. Lo sahabat terbaik kita, kita gabakal ngelupain lo" ucap Vana mengusap-usap nisan Aurora.
"Gue gak nyangka lo bakal pergi secepat ini Ra. Gue udah anggep lo kayak adek gue sendiri, gue sayang lo. Yang tenang disana, kita bakal sering-sering kesini." ucap Vian sendu.
"Huaaa Aurora lo jahat banget ninggalin guee. Gue salah apa sama lo? Tega banget lo hikss" tangis Raka pecah.
"Yang tenang disana Ra, gue gabakal ngelupain sahabat terbaik gue" ucap Sean diikuti oleh Gyan.
Mereka meninggalkan pemakaman, meninggalkan Cio sendirian. Mereka paham, Cio butuh waktu berdua dengan Raranya.
"Cio kira ini mimpi, tapi ternyata nyata ya? Rara kok ninggalin Cio? Cio nakal ya sama Rara? Cio janji deh gak nakal lagi. Cio sayang banget sama Rara. Berkat Rara Cio punya banyak temen. Makasih buat semuanya, Cio cinta Rara hiks... C-cio gabakal lupain Rara sampai kapanpun. Suatu saat Cio bakal nyusul Rara. Rara tunggu ya hiks"
"Rara yg tenang disana, Cio selalu ada di hati Rara"
"Selamat tidur, Raraku"
.
.
.
.
End juga akhirnya')
Aku tunggu comment dari kalian!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
RACIO BadGirl & Childish Boy -END-
Teen Fiction(SUDAH DIREVISI) FOLLOW AKUN AUTHOR DULU:) Cerita seorang bad girl yg bar-bar, suka balapan, tawuran. Entah sudah berapa kali ia memasuki ruang BK. Memiliki seorang pacar yg cengeng, manja dan childish. "Hiks hiks huaaaa" "Ad-duh duh jangan nangi...