Chapter 42 (Revisi)

11.5K 1.2K 0
                                    

Sore ini mood Aurora benar-benar buruk. Datang bulan, ditambah lagi karna adkel cabe kurang belaian itu.

"Awas aja ganggu Cio gue lagi gue uleg aja biar jadi bumbu" gerutu Aurora sedari tadi, bahkan ia tak sadar sudah ada Rian dibelakangnya.

"Siapa yg ganggu hm?" tanya Rian memeluk princess nya dari belakang.

"Itu bang ada adkel baru gangguin Cio sama sahabat Ara. Mana udah kayak tante girang lagi, cantikan juga gue" kesal Aurora yg dibalas kekehan kecil oleh Rian.

"Saran Abang, biarin aja dulu. Kalo mereka makin ngelunjak bikin kalian risih ,baru tuh lawan aja. Lagipula ini bisa jadi pembuktian kalo cowok lo itu setia apa gak, misal dia gak tergoda berarti dia emang tulus sama lo" ucap Rian santai. Aurora berfikir, hmm ada benarnya juga.

"Oke Ara ikut cara Abang!" ucap Aurora menyeringai.

-------------------------------------------

Cio sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Raranya untuk mengajak nya jalan-jalan. Kali ini ia menggunakan motor saja, alah bilang aja pengen modus biar dipeluk!
Begitu sampai ia melepaskan helmnya berjalan menuju ke arah pintu.

"Eh Cio ya?" Cio celingukan mencari sumber suara dan gotcha! Ternyata itu Mamah Aliza yg sedang menyiram bunga di samping rumah.

"Eh iya Mah, mau ngajak Rara jalan hehe. Boleh kan?" ujar Cio memohon.

Mamah Liza gemas dengan pacar anaknya ini. "Boleh dong, ada di dalem kok masuk aja" ucapnya tersenyum.

Lalu Cio pun mengangguk dan memasuki rumah yg pintunya terbuka.

"Assalamuala-"

"BANG RIAN BALIKIN HP GUE!!"

"BANG ALAN SINI LO!"

"TANGKEP AJA KALO BISA"

"ADUH GUE TAKUTT"

Baru saja Cio masuk hendak memberi salam eh malah dikejutkan dengan suara teriakan ketiga saudara itu. Rian dan Alan turun dari tangga dengan cepat dan Aurora yg mengejar mereka berdua dibelakang.
Rian dan Alan lelah lalu mereka pun memutuskan untuk mengatur nafas mereka yg ngos-ngosan.
Alan menoleh ia baru sadar ada Cio yg menatap mereka heran.

"Eh Cio dari kapan lo disini? hosh hosh" ujar Alan bertanya.

"Barusan bang, kalian kenapa?" tanya Cio.

"Gapapa sih cuma ngerjain Ara aja" ucap Rian terkekeh.

Cio mengedarkan pandangannya tepat ke arah Raranya. Ia terkejut, "Eum bang, maaf nih ya tapi kayaknya kalian keterlaluan deh" ujar Cio tanpa mengalihkan pandangannya.

Rian dan Alan menoleh ke arah yg Cio lihat, mereka juga sama terkejutnya. Aurora, mata gadis itu sudah berkaca-kaca, oh ayolah apa kalian lupa kalau dia sedang datang bulan? Sangat sensitif. Aurora berlari menuju ke kamarnya tak mempedulikan hp yg masih berada di abangnya.

Ketiga lelaki ini pun menyusul nya. Sesampainya didepan kamar ternyata pintunya terkunci. Terdengar isakan di dalam sana. Rian dan Alan merasa bersalah sekarang.

"Ara, buka pintunya. Maafin Abang" ujar Rian sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar. Namun Aurora masih saja terisak dan tak menjawabnya sama sekali.

"Ra, Abang minta maaf deh, janji ga gitu lagi" ujar Alan sedih. Namun tetap sama saja, Aurora tak bergeming sama sekali.

Rian dan Alan menoleh pada Cio dengan tatapan memohon. Cio menghembuskan nafasnya,

"Rara~ Cio boleh masuk?" tanya Cio lembut.

Ceklek~

Pintu terbuka dan Aurora langsung menarik Cio masuk ke dalam lalu menguncinya lagi. Senyum yg terbit dibibir kedua abangnya seketika luntur.

.

"Rara kenapa ?" tanya Cio pada Raranya yg berada di dalam dekapannya.

"Hiks hiks Abang ñyebelin hiks" isak Aurora membuat baju Cio sedikit basah namun Cio tak mempedulikan nya.

"Shuttt cup cup, kan mereka udah minta maaf. Mereka cuma bercanda aja kok" ujar Cio lembut.

"Rara mau kan maafin mereka? Kasian loh mereka keliatan sedih gitu"

Aurora mengangguk pelan membuat Cio tersenyum.

Setelah acara maaf-maafan ketiga saudara itu, Cio mengajak Raranya ke sebuah danau yg tak terlalu jauh.
Cio yg duduk bersandar di sebuah pohon dengan Aurora yg memeluk Cio dari samping, meletakkan kepalanya di bahu Cionya. Mereka memandang danau yg indah di hadapan mereka.

"Eum Rara nanti kalo kuliah mau masuk jurusan apa?" tanya Cio memecah keheningan.

"Kata Papa bisnis aja, soalnya nanti aku sama bang Alan suruh nerusin perusahaan Papa" ujar Aurora.
Cio pun hanya ber'oh' ria, karna dirinya pun disuruh begitu.

"Rara jangan lupain Cio disini ya" ucap Cio sedih.

Aurora mendongakkan kepalanya, "Gak akan, kalo emang jodoh kita pasti bakal ketemu lagi. Kita saling jaga hati satu sama lain ya" ucapnya tersenyum manis membuat hati Cio tenang.

"I love you , Raraku"

"Love you to , my childish"

.

.

.

.

.

.
Kayaknya sebentar lagi aku tamat in ehe^^
Votenya guys

RACIO BadGirl & Childish Boy -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang