Chapter 6 (Revisi)

30K 2.8K 66
                                    

Votenya yok
Yg baca banyak tp votenya dikit:(
Happy reading
.
.
.
.
.



Alano Vian Pradipta, anak pertama dari pasangan Acwel dan Aliza. Memiliki paras yg tampan dengan rahang yg tegas, hidung yg agak mancung, kulit yg putih, bibir tipis berwarna pink alami. Sifatnya ramah, sopan, mudah bergaul. Tingginya 178cm.
(Disini aku buat Alan sama Aurora kembar aja ya, kembar tak identik tapi, dah fix no debat!!).

Alan pov

Seperti biasa gue berangkat sekolah, banyak cacian dan hinaan yg terlontar dari para murid ke gue.

Eh si miskin masih dateng aja

Cih, miskin kok bisa sekolah disini sih

Biasa lah beasiswa paling

Sebenernya dia ganteng ya tapi sayang miskin, iuh

Begitulah cibiran mereka, gue udah terbiasa jadi gue ga peduli. Dari awal masuk sampe sekarang pun yg mau berteman sama gue cuman dua orang, namanya Rio dan Retno. Mereka termasuk orang yg punya , tapi mereka ga pernah memandang kedudukan, mereka juga selalu bela gue kalo gue dihina orang lain, gue seneng punya temen kayak mereka.
Kadang gue keinget sama keluarga gue, apalagi adik perempuan gue. Gue kangen banget sama dia, tapi gue tau Papah pasti ga bakal ngijinin gue ketemu dia.

Alan pov end

.

.

.

.

.

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam kini Aurora sudah sampai di SMA MERPATI, tempat abangnya sekolah. Ia pun memarkirkan mobilnya, saat ini sekolah itu sedang jam istirahat. Ia pun berjalan masuk. Para murid pun terkagum-kagum dengan kecantikannya, mereka bertanya-tanya siapa dia?. Bahkan ada yg menyapanya dan hanya ia jawab dengan senyuman tipis.

Eh siapa tuh?

Saoloh mimpi apa gue semalem pagi-pagi liat bidadari

Neng cantik udah punya pacar belum?

Aurora yg mendengar nya pun hanya acuh, tak mempedulikan nya.

"Lah gue kan gatau kelasnya bang Alan, hm tanya siapa ya? " batin Aurora.

Lalu Aurora pun melihat dua orang siswi tengah mengobrol sambil berdiri di luar kelas, ia pun menghampiri nya. Sepertinya kedua siswi itu seumuran dengan abangnya , menurut Aurora.

"Permisi kak, kelasnya Alan Vian Pradipta dimana yah? " tanya Aurora sopan.

"Kelasnya Alan deket kok. Cuman selisih 3 kelas dari sini" ucap salah satu siswi.

"Oh oke, makasih" ucap Aurora lalu ia pun menemukan kelas abngnya, ia dapat melihat sang kakak tengah bercanda bersama temannya.

Tok tok

Seketika para murid yg tersisa di kelas pun menatapnya, termasuk kakaknya yg terlihat terkejut.

"Alan Vian Pradipta ada? " tanya Aurora.

"Eh lo dicariin bidadari noh" ucap Retno menyenggol tangan Alan. Lalu Alan pun berjalan mendekati Aurora masih dengan wajah terkejut nya. Tiba-tiba,

Grep

Tanpa aba-aba Aurora pun memeluknya dengan erat dan dibalas olehnya tak kalah erat.

"I-ini.. Ara? Ini beneran Aranya Alan? Ga mimpi kan? " ucap Alan terbata-bata. Aurora pun melepaskan pelukan nya dan menatap kakaknya itu.

"Iya bang, ini Ara. Ara kangen abang, maaf baru bisa nemuin abang" ucap Aurora.

"Abang juga kangen Ara, abang kira gabakal bisa ketemu Ara lagi. Ara tau dari mana abang disini? Kesini sama siapa? " tanya Alan.

"Ada deh, Ara kesini sendirian, hehe" ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

"Hah? Sendiri?! Ya ampun dek, dari rumah kesini tuh jauh kalo  lo kenapa-napa gimana coba?! " ucap Alan khawatir.

"Posesif nya kumat" batin Aurora.

"Buktinya gue gapapa tuh" ucap Aurora santai.

"Dasar lo ya"

"Udah deh mending sekarang abang ikut gue! " ucap Aurora.

"Kemana? "

"Ara mau ajak abang pulang" seketika ucapan Aurora membuat Alan menegang.

"T-tapi emang g-gapapa? "

"Tenang bang, gue tau abang pasti takut gak diterima Papah kan? Abang ga bakal pulang ke rumah kita dulu, sementara abang tinggal di apart gue aja, oke? Harus mau! Ayo cepet ambil tas ny sono" ucap Aurora sambil mendorong Alan. Alan pun mengambil tasnya.

"Lah lo mau kemana lan? " heran Rio.

"Pulang, nanti gue jelasin " ucap Alan dan diangguki oleh kedua temannya.

"Yuk, ke ruang kepsek dulu, ngurus pindahan abang" ucap Aurora dan diangguki oleh Alan. Mereka berjalan dengan bergandengan tangan, para murid pun mulai membicarakan mereka.

Eh itu cewe yg tadi kan?

Ih kok bisa sama Alan sih?

Ada hubungan apa cewe itu sama si miskin?

Cih cewenya kok mau aja sih sama si miskin

Aurora yg mendengar hinaan mereka pun geram, ia pun berhenti. Alan yg bingung pun ikut berhenti juga.

"DIAM! SEKALI LAGI KALIAN HINA ABANG GUE, GUE PASTIIN HIDUPNYA GA TENANG! " ucap Aurora dengan tajam+dingin, seketika mereka pun terdiam, karna aura yg dikeluarkan oleh Aurora sangat menyeramkan, membuat Alan melongo.

"Ini adek gue kan? " batin Alan.

Setelah selesai mengurus pindahan mereka berdua pun memasuki mobil , tujuan mereka saat ini adalah rumah yg ditinggali oleh Alan, ia mau mengambil barang-barang dulu katanya.
Mereka pun sampai, rumah yg terlihat sederhana.

Ceklek

"Assalamu'alaikum" ucap mereka bersamaan.

"Dek gue mau beres-beres dulu" ucap Alan berjalan menuju kamarnya.

"Gue ikut " ucap Aurora mengikuti kakaknya.

Kini Alan sedang membereskan barang-barang nya dengan dibantu oleh adiknya. Mereka pun berbincang sambil sesekali bercanda membuat mereka tertawa.

"Oh ya bang, kok sepi banget. Waktu gue baca datanya, disitu katanya lo diangkat sama bu... Fira bukan yah? Kalo ga salah" ucap Aurora dan seketika wajah Alan pun terlihat sedih.

"E-eh, gue salah ngomong ya? " gumam Aurora sambil menggaruk tengkuknya yg tak gatal.

"Huft , Ibu udah meninggal 1 minggu yg lalu" ucap Alan. Aurora pun memeluk tubuh abangnya itu, dan mulai mendengarkan ceritanya...

.

.

.

.

.

.

.

.

Follow
Vote
Comment

RACIO BadGirl & Childish Boy -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang