(21+ | FF MinGo) Kim Misu, seorang sekretaris perusahaan penerbit, dipertemukan dengan atasan barunya Lee Jun-Ho. Masalah kian rumit ketika Jun-Ho semakin jatuh cinta pada Misu meski tahu gadis itu sudah memiliki pasangan, Cha Hyun-Wo. Ia bertekad m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di tempat kaki ini berjejak... Diriku telah menjadi puisi atas hidup yang kujalani. Menulis tentang patah dan abadi. Tanpa pernah sempat menyempurnakan satupun.... Sebuah akhir cerita yang indah.
Dikembalikan post-it notes bertuliskan puisi yang Jun-Ho temukan di meja kerja Misu yang sedang tak bertuan itu ke tempat semula dengan senyum dan rasa penasaran tertahan. Kenapa gadis itu menulis banyak sekali kutipan puisi di dinding kubikel-di samping coretan catatan tugasnya? Apakah itu keisengan semata atau memang hobinya?
Kembali ia tarik lepas secarik lainnya untuk ia baca.
Aku tak pernah lupa, Langkahmu pernah kehilangan arah. Telah kau lalui banyak ranah, Tak jua kau jumpai ramah. Selain aku, yang kau sebut sebagai rumah...
"Mohon maaf, Pak, berkas rapat untuk hari selasa sudah saya letakkan di meja bapak."
Tidak menampilkan ekspresi terkejut sedikitpun, Jun-Ho menempelkan kembali catatan itu sebelum kemudian menoleh pada Kim Tata yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelahnya. "Kim Mi-Su menyerahkan tugasnya padamu?"
Mengusap tengkuknya dengan canggung, Tata berkata. "Saya cuma diminta untuk menyerahkannya pada Bos."
"Memangnya dia kemana?"
"Pesan terakhir yang saya tanyakan, katanya ada janji temu dengan Pimpinan Redaksi."
Mendengar hal itu, sekonyong-konyong alis Jun-Ho terkumpul di tengah. "Bertemu Pimred?"
🌺🌺🌺🌺 • • •
Di salah satu sudut sofa santai kantor editor.
"Oh... harus kuapakan lagi kau ini. Satu juta eksemplar terjual dan kau masih bersembunyi di balik nama penamu?" Park Si-Hoo memelototi gadis yang duduk di sebelahnya meski dalam sekejab sorotnya berubah melunak setelah napasnya terhembus panjang. "Aku mohon sekali ini saja, Misu-ya... Masa kau sama sekali tidak ingin muncul di peresmian toko buku kita nanti? Kaulah request terbanyaknya."
Misu meletakkan telunjuknya ke depan hidung, dengan ekspresi ngeri kala Si-Hoo tak bisa mengecilkan volume suaranya di tengah senyapnya ruang kantor itu. "Bukankah kita sudah sepakat kalau kau akan menyembunyikan identitasku sampai kapanpun?" Ujar Misu tertahan. "Aku tidak pernah menginginkan popularitas, biarkan saja publik cukup tahu karyaku!"
"Aku memang tidak bisa menyalahi dan ikut campur idealisme seorang penulis... Tapi kalau penggemarmu sampai berkali-kali membuat acara roadshow bedah bukumu, apa kau masih tega?"