34. Sick

1.2K 178 217
                                    

Kim Mi-Su POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kim Mi-Su POV

Aku panik malam itu, membawa lari mobil hitam milik Ibu Ketua—yang sebelumnya dipinjam karena aku sama sekali tidak mau memakai mobil putih biasanya, juga belakangan aku tahu sisa parfum wanita itu masih menguar di sana—menuju rumah sakit terdekat. Sesekali aku menoleh untuk mengecek kondisi Jun-Ho, memastikan dia tidak sesak napas atau apa. Namun ia tampak baik-baik saja meski ruam di pipinya semakin menyebar dan memerah.

Sepanjang jalan aku terus membodohi diriku yang tidak teliti dalam membuatkan makanan untuknya karena kepalaku hanya terisi banyak kekalutan akibat kejadian tiga hari lalu.

Bayangan Jun-Ho berciuman dengan Nana terus berputar di otakku dengan mengerikan, seolah tidak mau berhenti mengulang hal yang sama. Sementara aku tidak bisa menangis untuk melegakan perasaan, karena itu aku lebih banyak melamun dan tidak fokus.

Selama kami perang dingin, Jun-Ho tetap berusaha mengajakku ngobrol, memeluk dan mengecupku seperti biasa, meski tak satupun sentuhannya menghangatkanku seperti dulu. Setiap dia menyentuhku, menciumku, aku pun membayangkan dia juga melakukan hal yang sama pada wanita lain.

Dia sama frustasinya denganku, aku tahu. Tapi aku begini karena aku mencintainya. Aku merasa sakit, cemburu karena tidak akan pernah bisa membagi Jun-Ho sedikitpun dengan perempuan lain. Meski dia seorang sahabat, atau cinta di masalalunya.

Junni yang memahamiku itu menyetujui berkasku untuk ambil cuti selama beberapa hari dan berkata santai kalau dia masih sanggup menangani proyek itu sendiri. Dia tahu, kinerjaku di kantor tidak akan maksimal selama aku masih belum bisa memulihkan diri.

Kalau atasanku bukan Junni, mungkin aku bakal jadi bulan-bulanan teman-temanku karena telah berubah menjadi zombie.

Turun dari mobil, aku langsung membawanya ke unit gawat darurat. Seorang dokter mengatakan, alergi Jun-Ho sudah masuk dalam tahap anafilaksis, sehingga harus dirawat inap karena membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Aku tidak pernah tahu dan cuma bisa menangis saat melihat selang oksigen terpasang di hidungnya, hanya karena dia memakan seiris keju yang tidak sengaja aku berikan.

“I am okay.” Mulutnya bergerak membentuk kata di balik sungkup oksigen, mencoba menenangkan kepanikanku, sementara ia tetap menggenggam erat tanganku selama didorong ke kamar inap.

Jangan tanya perasaanku bagaimana... tentu aku sedih melihat dirinya sakit apalagi itu karena ulahku sendiri.

“Kau menghubungi ibu?” tanyanya saat melihatku menekuri layar ponsel.

Aku mengangguk pelan sebelum memasukkan ponselku ke dalam tas. “Aku cuma memberi kabar dan mengatakan untuk tidak usah ke sini malam ini. Karena ada aku yang menemanimu.” aku memandangnya dari dekat, dan menyugar rambutnya.

Jun-Ho memejamkan mata, menikmati usapanku di kepalanya. Wajahnya yang nelangsa dan penuh ruam merah seketika membuatku mau tak mau mengembalikan ekspresi hangatku yang selama tiga hari ini menguap entah kemana.

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang