23. Mother

1.4K 182 371
                                    

Jun-Ho memicingkan mata lalu mendesah kesal melihat ibunya berdiri melotot dan membeku di ambang pintu kamarnya. Serius... Bagaimana bisa dia datang malam-malam begini mengganggu momen berduaan dengan Misu setelah beratus-ratus purnama dia tak pernah absen memberi kabar jika ingin datang?

Tentu saja sebagai pemilik sah properti ini, Se-Mi bisa bebas nyelonong masuk karena memiliki kode kunci darurat meski ia sendiri tidak pernah mengetahui apa password pintu Jun-Ho yang sebenarnya. Oh, dan harus dijelaskan dengan bahasa apalagi pada ibunya ini kalau sebagai pria dewasa Jun-Ho juga punya hak privasi yang harus dihargai.

"Nuna..." Gagapnya. "Nuna-mu mana? Kupikir dia sedang di sini. Tidak ya?" Ucapnya begitu syoknya mereda.

"Bagaimana bisa cewek gila itu ada di sini? Bukannya dia biasa mancing cupang di Kali Amazon?" Setelah berkata begitu, Jun-Ho tidak mempedulikan ibunya lagi dan kembali mencumbu Misu hingga membuat Se-Mi berteriak histeris dan memukuli punggungnya dengan tas birkin Kermes-nya yang seberat bata itu.

"Setoooopkan sosoranmu itu, Nak! Sebenarnya kau sedang ngapain dengan Misu?! Apa kalian berdua pacaran?"

Napas Jun-Ho terhembus kasar sementara Misu buru-buru berdiri merapikan rambut dan bajunya yang kusut. Misu juga tidak paham kenapa lelaki itu tetap meneruskan adegan mesum ini meski tahu Ibu ketua sedang menyaksikan? Apa semakin ditonton membuatnya semakin hawt gitu? Kan Misu malu.

Meski begitu Misu masih tetap merasa beruntung karena dia telah berpakaian baju lengkap meski ada beberapa kancing yang terlepas. Bagaimana jika Ibu Ketua melihatnya duduk di pangkuan putranya dengan telanjang dada seperti tadi? Mungkin Misu sudah dipecat dari perusahaan dengan tuduhan meracuni direktur dengan susu laktosanya.

Jun-Ho berkata santai untuk menjawab tanya ibunya. "Tentu saja kami pacaran. Aku juga baru melamarnya tadi pagi."

Se-Mi menutup mulutnya yang terbuka lebar, ekspresinya terkaget-kaget setengah mati. "Jadi.... perempuan yang kau bilang sebagai calon pacarmu itu... sebenarnya adalah Misu?"

Misu cuma bisa menggaruk kepala berada di tengah perdebatan ibu dan anak ini.

"Iya. Kenalkan. Ini pacarku. Oh, bukan..  calon istriku."

Kembali kena timpuk tas, Se-Mi berujar marah. "Mamak sudah kenal siapa dia tidak perlu dikenalkan lagi!"

"Kenapa harus memukul segala sih?"

"Karena kau sama sekali tidak memberitahuku apa-apa soal ini. Mamak kesal Jun-Ho, kesal!! Kalau begitu aku mau pinjam Misu sebentar. Ada sesuatu yang harus kita bicarakan berdua saja!" Se-Mi langsung menarik tangan Misu berjalan keluar menuju lift mengabaikan Jun-Ho yang meneriakinya di belakang.

Sepanjang jalan menuju entah kemana itu terasa senyap dan mencekam bagi Misu. Ibu Ketua tidak memulai suatu pembicaraan apapun karena beliau terlihat seperti sedang berpikir keras, pun Misu bingung harus mengatakan apa. Dia cuma bisa mengheningkan cipta seraya meremas-remas katun piyama tidurnya dengan cemas. 

Setelah keluar dari lift, Se-Mi menunjuk sofa lobby dan menyuruh Misu duduk menunggunya di sana sementara dia berlari pergi menuju supermarket.

Lima belas menit ditinggalkan dalam kecemasan, Misu berpikir dan menyiapkan kalimat permintaan maaf yang tepat.  Sebenarnya sepanjang jalan ke sini tadi, Misu sudah menyiapkan diri kalau-kalau Ibu Ketua bakal marah karena merasa tidak suka jika Misu mengencani putranya.

Banyak perbedaan yang terjadi di antara mereka dan Misu cukup familiar jika pimpinan perusahaan biasanya akan menjalani pernikahan bisnis dengan 
pimpinan perusahaan lainnya agar bisnis mereka semakin kuat.

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang