44. Secret and Lies Kill Relationship

829 129 197
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Don't hide anything. If you have to hide it from your partner, you shouldn't be doing it. Unless it's a surprise party~ unknown

Vote before read. Happy reading!

🌺🌺🌺🌺

"Mempercepat pernikahan itu... Bukankah memang keinginanmu sejak dulu?"

Jun-Ho menendang rokok di tangan Junni sampai jatuh ke lantai lalu menggilasnya dengan sepatu yang ia kenakan karena napasnya sudah sesak. "Benar. Aku memang sangat bahagia sampai tak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Tapi ada masalah yang entah ini nyata atau hanya perasaanku saja yang takut kehilangannya."

"Apa?"

Sejajar, Jun-Ho menatap seraut wajah itu seolah mereka adalah dua bayangan dalam cermin yang saling berhadapan.

"Akhir-akhir ini aku merasa Misu tak seperti benar-benar hadir di hadapanku. Tepatnya setelah kita bertengkar soal Nana. Everytime we kissed or got some intimate things... i feel.... she did it like
.." Lelaki itu bingung memilih kata yang tepat. "vent her anger or..."

"Emotion of love?" Sanggah Junni.

"Bukan. Mungkin lebih tepatnya, takut. Seolah ada kecemasan yang mengganggunya dan aku tak tahu itu apa. Apa kau tahu sesuatu soal ini?"

Seperti berjalan di atas titian jurang, Junni tak mungkin bercerita soal masalah sebenarnya yang mengganggu Misu karena selain ia sudah berjanji, ia tak ingin menciptakan kesalahpahaman di antara mereka. Namun di sisi lain, ia juga tidak tega melihat saudaranya bertanya-tanya dalam ketidaktahuannya seperti ini. Apalagi dengan kondisi, Jun-Ho sudah mengendus keganjilan yang tidak biasa.

Gadis itu terpaksa menyulut rokoknya sekali lagi karena kepalanya pusing bukan main. "Kenapa kau tidak tanya saja apa yang mengusik pikirannya? Mungkin ada seseorang yang mengganggunya. Mantannya, atau pria di luar sana mungkin... aku tahu betul memang tidak mudah menjaga perempuan yang diingini banyak pria seperti dia."

"I already asked her. Lebih banyak dia hanya cerita lelah karena bekerja. Aku sudah memintanya untuk berhenti, namun dia menolaknya. Apakah kau merasa rencana pernikahan ini terlalu membebaninya? Sebetulnya aku benar-benar tidak masalah jika dia memang belum siap. Aku sudah cukup bahagia dia ada di sampingku dan kita tidak lagi punya masalah yang berarti."

"Kau hanya terlalu perasa." Junni menghembuskan asap rokoknya langsung ke arah balkon rumahnya agar Jun-Ho tidak terganggu. "Aku yakin itu bukan soal kau atau hubungan kalian. Jelas setiap orang punya masalah yang mereka ingin selesaikan sendiri tanpa pasangannya perlu tahu. Kau juga pernah begitu, kan?"

"Kalau bukan masalah pekerjaan, lantas masalah apa, Nyet? Aku yakin pekerjaannya di proyek tidak terlalu memusingkan seperti saat dia masih menjadi sekretaris."

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang