(21+ | FF MinGo) Kim Misu, seorang sekretaris perusahaan penerbit, dipertemukan dengan atasan barunya Lee Jun-Ho. Masalah kian rumit ketika Jun-Ho semakin jatuh cinta pada Misu meski tahu gadis itu sudah memiliki pasangan, Cha Hyun-Wo. Ia bertekad m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Playlist : Lantas ~ Juicy Luicy
🌺🌺🌺🌺
Kim Woo-Bin POV
Salah satu landasan meraih kesuksesan adalah menemukan sebuah timing yang pas. Timing dalam membeli dan menjual saham. Timing saat menekan tombol shutter demi memotret sebuah kebetulan objek gambar yang luar biasa. Bahkan untuk mengumumkan keputusan langkah yang besar pun, perlu sebuah ketepatan waktu yang baik.
Begitu juga dengan keberuntungan yang sedang aku peroleh hari ini. Aku yakin bukan lagi jackpot yang akan aku raih, melainkan segepok kunci surga.
Wajah cantik Misu yang belakangan diselimuti awan mendung, yang semula membuatku berinisiatif hadir di hidupnya karena tahu gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Sudah kutebak arahnya kemana. Memangnya siapa lagi yang bisa membuat seorang gadis bersedih selain kekasihnya sendiri?
Diam-diam aku memperhatikan mereka tidak terlihat bersama selama beberapa hari ini ditambah sebuah kabar baik kalau Jun-Ho secara kebetulan juga tidak sedang berada di Seoul.
Gosh... Aku sudah menantikan hari ini sejak lama selayaknya sebuah pesta untuk merayakan kemenangan. Hari kemenangan dimana aku bisa dengan leluasa mengeksekusi gadisnya.
Jadi setelah seharian menyusun rencana dan strategi, aku memutuskan untuk mengintainya,--tepatnya sejak dia pergi menghadiri acara di sebuah ballroom hotel bersama kakaknya--kemudian lanjut mengikutinya berjalan menuju swalayan.
Pakaiannya sudah berganti kasual namun dengan makeup yang masi on, membuat penampilannya malam itu sangat cantik and make me horny intantly. Kalau aku tak ingat sekitar, sudah aku terkam dari belakang dan kusimpan gadis itu untukku sendiri di dalam mobil.
Aku menyapanya, dan berlagak tidak sengaja bertemu. Lega karena dia pun sama sekali tak menaruh curiga atas pertemuan kita yang aneh ini--dengan kenyataan bahwa diantara ribuan swalayan tersebar di seluruh Seoul, bagaimana bisa kita dipertemukan di sini? Takdir? Persetan dengan takdir.
Aku membayar dua kotak susu pisang miliknya dan satu kaleng beer milikku yang harusnya aku tambahkan dengan sekotak kondom namun urung kulakukan. Dia bisa lari ketakutan jika melihat sebuah kotak pengaman di meja kasir dengan mata kepalanya sendiri.
Belum. Belum saatnya.
Setelah selesai urusan dengan belanjaan, dengan jantung berdebar, aku memberanikan diri mengajaknya hangout ke sebuah kelab malam tak jauh dari sana. Jujur saja, aku sudah mempersiapkan diri untuk ditolak dan menyiapkan opsi tempat kencan kedua. Seperti makan Subway, lalu mencuri satu dua ciuman saat aku mengantarnya pulang juga not bad. Namun betapa bahagianya aku, saat mendapati gadis itu mengangguk setuju atas tawaranku kencan di kelab.