5. Golf and Heart Rate

1.6K 210 285
                                    

Kim Mi-Su POV


"Aku punya kabar bahagia yang ingin aku bagi." aku bertopang dagu sambil memandanginya makan dengan lahap. Seolah sudah lupa tentang perdebatan kami soal pembuatan film semi dewasa hari lalu, aku memang memilih mengalah dan tak lagi peduli soal pilihan pekerjaannya. Karena menurutku ada banyak hal-hal bahagia lain yang patut untuk diperbincangkan.

"Apa?"

"Kau tahu...." Aku menggantung kalimatku sejenak. "Gajiku naik banyak sekali bulan ini!" Seruku antusias sambil bertepuk tangan riang.

"Oya?" dia memutus ramennya lalu memandangku serius. "Karena boss barumu itu?"

"Sebagian besar memang karena bantuannya. Dan berkat itu juga, pengajuan kreditku akhirnya diterima." Aku memegang punggung tangannya sambil menahan sorakanku agar tidak meledak.

Namun itu semua tak sanggup membuat raut Hyun-Wo ikut bahagia sama sepertiku. "Kau sungguh ingin membeli apartemen sendiri?"

"Benar... bukankah ini luar biasa? Cicilannya memang sepanjang 15 tahun dengan uang muka yang aku miliki saat ini. Namun kupikir, itu bagus karena tidak terlalu dekat dengan usia pensiunku. Oh, dan kau bisa membantuku mengisi perabotannya. Bagaimana? Kau tahu, kan, aku suka desain interior scandinavian yang saat itu kutunjukkan di majalah. Kita bisa beli ber..."

Tangan Hyun-Wo yang kugenggam mendadak terlepas. Dia semakin menatapku lekat. "Kau merencanakan ini semua... karena betul ingin segera menikah?"

Aku menelan ludah susah payah mendengar tanggapannya. Tahun pertama kita menjalin kasih, aku rasanya tahu kalau dia belum punya komitmen untuk menikah. Kupikir dia akan berubah seiring berjalannya waktu. Namun sepertinya dugaanku salah. Dia tetap di tempatnya berdiri, tanpa pernah sedikitpun berpindah kemana-mana.

"Jadi... kau belum mau?" tanyaku memastikan dugaanku.

Hyun-Wo terdiam. Menunduk untuk memakan ramennya lagi.

Membasahi bibir yang terasa semakin kering seiring tercekatnya tenggorokanku, aku menyugar rambutku ke belakang, tidak tahu lagi reaksi apa yang harus aku berikan. Selama ini telah banyak rancangan mimpi-mimpiku yang telah kutulis rapi dalam catatan harian. Mulai dari membeli apartemen, menikah, memiliki anak, sampai usia pensiun ideal... aku telah merencanakannya dengan baik.

Melihat segalanya berjalan lancar sesuai rencana, aku baru tahu... tidak ada yang salah dengan rancangan mimpiku. Namun partnerku yang menolak untuk membersamaiku meraih itu semua.

"Jadi... apakah kau hanya menginginkan kita berjalan di tempat. Seperti ini saja? Tanpa ada kemajuan hubungan yang berarti?" tanyaku setelah kebisuan lama yang melanda kita.

Ramennya sudah habis. Laki-laki ini kembali menatapku serius. "Makan 10.000 won setiap hari, mengumpulkan kupon undian, Judi Lotto, adalah beberapa hal yang kulakukan untuk menghemat semua pengeluaranku. Dan kau tahu... tabunganku tak pernah bertambah nominalnya sedikitpun dengan signifikan. Sementara jika mengingat biaya hidup setelah menikah... aku merasa belum siap, Misu. Sama sekali belum siap."

Aku menunduk, mengamati meja kayu di depanku yang kulitnya telah terkelupas. Mimpiku seolah terhempas dan kini aku jatuh dengan sangat menyakitkan.

"Bisakah kita setop membahas masa depan dan membiarkan semua mengalir apa adanya?" suara Hyun-Wo terdengar lagi. "Saat ini, aku sungguh tak punya tempat untuk memikirkan hal lain selain hidupku sendiri. Bisakah kau memberi waktu biar aku menyelesaikan permasalahanku dulu?"

"Tapi ini mimpiku..." aku mengangkat wajah untuk menatapnya. "Aku tidak bisa tinggal di ruko Kak Eunja terus menerus sementara aku sudah cukup umur untuk hidup sendiri."

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang