20. Go Public Kisses

1.6K 186 169
                                    

Misu tidak tahu apakah dia bisa dikatakan sebagai perempuan yang tidak tahu diri setiap kali dihadapkan pada pesan-pesan bernada sedih Hyun-Wo yang menceritakan perjuangannya mencari keberadaan Misu ke sana kemari, lalu tahu-tahu semua itu membuat...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Misu tidak tahu apakah dia bisa dikatakan sebagai perempuan yang tidak tahu diri setiap kali dihadapkan pada pesan-pesan bernada sedih Hyun-Wo yang menceritakan perjuangannya mencari keberadaan Misu ke sana kemari, lalu tahu-tahu semua itu membuat hatinya menjadi iba dan terenyuh. Juga sebaris pesan dari Eunja yang mengatakan lelaki itu telah mengunjungi rukonya sebanyak belasan kali sepanjang kepergian Misu yang entah kemana.

Misu sendiri tidak tahu apakah suatu hubungan bisa benar-benar dikatakan berakhir walau diputuskan secara sepihak, mengingat sampai detik ini pun ia merasa sedang mendua dan berkhianat.

Meski akalnya masih cukup sehat untuk menyadari dan menerima kenyataan bahwa ada pria tampan nan baik yang mencintainya sepenuh hati, yang kini telah ia pilih. Sisi hatinya bertanya apakah ia terlalu cepat mengambil keputusan dengan menutup segala komunikasi, mengabaikan persoalan seolah menganggapnya tidak pernah ada.

Dengan mengambil istilah anak jaman sekarang yang disebut ghosting. Kenapa Misu merasa seperti itu?

Cha Hyun-Wo :
Bisakah kita bertemu sekali lagi? Atau setidaknya tolong angkat teleponku.

Jun-Ho tak sengaja membaca sebaris pesan singkat itu yang muncul di notifikasi sebelum kemudian ponsel Misu kembali berdering menampilkan panggilan masuk darinya.

Jantung Misu berdegup ngeri sementara ia takut-takut beralih mengawasi raut muka Jun-Ho, meraba apakah ada kemarahan atau api cemburu di sana.

Namun ekspresinya masih terasa santai seolah tak terpengaruh sedikitpun dengan pesan singkat itu. "Kenapa tidak kau angkat saja teleponnya, hmm? Mana tahu penting. Aku yakin itu penting."Di saat yang sama ia menarik blus Misu yang sebelumnya telah masuk rapi di dalam roknya, hingga terlepas seluruhnya.

"Aku.. tidak bisa... Menerimanya."

Menyibak serumpun rambut Misu, Jun-Ho kemudian berbisik rendah di telinganya. "Tidak bisa karena ada aku di sini? Karena biasanya kau menerima panggilannya diam-diam begitu?" Tuduhnya tak kira-kira. Tatapannya kembali dingin mengawasi perubahan raut wajah Misu.

Oh, sungguhan apakah Jun-Ho tahu sesuatu dan marah besar jika seandainya tahu Misu pernah menemui Hyun-Wo setelah mengangkat telepon darinya? Meski Misu yakin kalau Jun-Ho pernah katakan sendiri kalau menjauhi Hyun-Wo itu membutuhkan waktu, tetap saja lelaki itu berhak marah padanya.

"Angkat saja teleponnya." dengan cepat tangannya melepas kancing baju Misu satu per satu. "Jangan buat dia menunggu."

Misu menggeleng pelan. Gelengan menolak untuk mengangkat telepon. Juga gelengan atas perlakuan Jun-Ho yang sengaja membuat bajunya berantakan.

Kaca transparan pintar di ruangan itu telah dibuat buram, juga pintu ruangannya yang telah Misu kunci rapat atas perintah Jun-Ho begitu langkahnya pertama kali masuk. Tapi bukankah ini jam sibuk kantor? Bagaimana kalau ada seseorang yang menggedor pintunya di saat Misu sedang berantakan begini? Semuanya akan cukup jelas untuk menjawab perempuan yang jadi wallpaper ponsel Pak Bos sesungguhnya adalah dirinya sendiri.

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang