13. Kehilangan

1K 194 133
                                    

Playlist : Aku Bukan Untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist : Aku Bukan Untukmu

🌺🌺🌺🌺


"Misu-ya..."

Seketika terkesiap dari lamunannya yang sejak tadi nanar menatap ke arah ruangan direktur utama yang masih kosong melalui jendela kaca itu, Misu beralih menghadapi Ara yang memanggilnya.

Lain halnya dengan Misu yang nampak sayu, wajah Ara yang manis tampak berseri-seri pagi ini. "Ini sekarang mejaku. Kau sekarang pindah di tempat Tata."

Mengerjab berkali-kali, Misu bertanya tak mengerti. "Kenapa bisa ini jadi mejamu?"

Ara malah melotot karena terkejut Misu tak tahu apa-apa. "Kau tidak lihat papan pengumuman di sana itu kalau senin ini terjadi mutasi tugas besar-besaran?"

Misu masih tidak mengerti. "Mutasi tugas?"

"Iya. Sekarang kamu bertugas jadi sekretarisnya Bapak Johny menggantikan Tata. Sementara aku..." Ara melirik ruangan dirut di depannya dengan tersipu-sipu. "Menggantikanmu menjadi sekretaris Bapak Jun-Ho."

Jantung Misu langsung mencelos ke tanah. "Apa? Kenapa tiba-tiba begitu?"

"Aku tidak tahu, Misu-ya. Mungkin biar tidak bosan saja. Ayo cepat beresin barang-barangmu. Aku tunggu lima menit!"

Misu melihat rekan sekelilingnya dan baru sadar kalau mereka juga tengah sibuk memindah barang-barangnya. Kenapa dia sama sekali tidak tahu soal ini? Apakah memang segalau itu pikirannya sampai tidak bisa mencerna informasi dan kondisi di sekitarnya?

Lalu ... Bukankah Jun-Ho setidaknya harus mendiskusikan pada Misu sebelum memutuskan ini?

"Misu-ya... Jangan melamun terus. Cepatlah. Biar aku bantu sini..." Ara mengambil kotak arsip penyimpanan di bawah meja dan mulai memasukkan barang-barang Misu ke dalam sana.

Misu bergerak dengan setengah jiwanya, sementara jiwa yang lain berputar-putar tak tentu arah, berusaha menerjemahkan kejadian apa yang sedang terjadi saat ini.

Saat kemudian semua orang tiba-tiba membungkuk memberi salam pada seorang lelaki yang baru masuk, kotak di gendongannya kontan Misu jatuhkan begitu saja. Jun-Ho yang telah dicarinya, dan mendiami otaknya selama berhari-hari hingga membuatnya tak bisa tidur itu akhirnya datang. Dengan langkah lebar, gadis itu mengekor, menyusul masuk ke dalam ruangannya.

Penampilan Jun-Ho sungguh sangat lain dari biasanya. Dia tampak menyedihkan dengan setelan hitam putih yang kusut tanpa dasi, plester luka di rahang dan ujung bibir, juga dua bola mata merah dan sembab yang langsung menikam Misu begitu gadis itu muncul di hadapannya.

Berdiri di depan meja kerja dengan membawa folder di tangan, Jun-Ho langsung bertanya. "Ada apa?"

Tubuh Misu mendadak kelu merasakan tatapan dinginnya yang tak biasa. "Maaf, buhuijang-nim. Rapat dengan Kabag keuangan dimulai setengah jam lagi.."

"Baik. Terimakasih atas infonya." Jun-Ho melangkah keluar tanpa berkata apa-apa lagi, sementara Misu ingin sekali menahan kepergiannya tapi tak tahu apa yang harus dibicarakan untuk memulai percakapan pertama kali.

Dengan sigap, Misu mengambil memo di atas mejanya yang sontak ditahan oleh Ara yang langsung mengerti gelagatnya. "Kau mau kemana? Biar aku saja yang menemaninya rapat."

"Tapi, Ra... Boss belum mengatakan apa-apa padaku soal perpindahan tugas ini."

"Bukankah informasi di depan itu sangat jelas sekali kalau itu mulai berlaku hari senin?" Tunjuknya ke papan pengumuman. "Dia yang menanda tangani ketentuan itu sendiri, apa kau pikir Bos melakukannya saat mabuk? Sudah, kau di sini saja, kemasi barang-barangmu biar aku yang pergi." Ara membawa beberapa dokumen dan buku catatan sebelum ia bergegas pergi menyusul Jun-Ho yang sudah menghilang di balik pintu.

Saat seharusnya dia bisa bernapas sedikit lega karena tugas beratnya sebagai sekretaris direksi utama telah berakhir, nyatanya Misu malah merasa Jun-Ho telah mencampakkannya dengan kejam. Nyatanya sudut hatinya kini terasa sangat luar biasa sakit.

🌺🌺🌺🌺
.
.
.

"Akan aku catat dengan cermat apa saja kesukaan dia, termasuk hobi dan apa saja makanan yang membuatnya alergi. Nah begini. Aku sudah siap."

Misu menghela napas dalam-dalam saat mengetahui tujuan Ara datang ke mejanya hanya untuk bertanya-tanya mengenai atasan barunya itu. Misu kesal. Moodnya terjun bebas. Ia sesungguhnya tak ingin dengar dan tak ingin menjelaskan apapun. "Kenapa kau tidak tanya dia sendiri saja?" Ucapnya ketus.

"Sudah, aku sudah tanya. Tapi untuk lebih jelasnya, bukankah aku harus bertanya padamu? Aku hanya memastikan, adakah hal yang sempat terlewat. Pagi hari longblack less sugar dengan kue dan cake dairyfree lalu siang hari bagaimana? Dia suka makan apa dan dimana? Lalu restoran vegan mana saja yang kau rekomendasikan?"

Seketika berdiri dari tempatnya duduk, Misu segera bergegas pergi dengan langkah lebar-lebar menuju ruang direktur utama karena ia sudah tak tahan lagi dengan ini semua. Dadanya sesak setengah mati karena otaknya terus menerus membuat spekulasi apakah laki-laki itu sengaja menghindarinya karena kejadian dua hari silam? Apakah Jun-Ho memang menginginkan hubungannya dengan Misu harus berakhir setragis ini?

"Hei, Misu-ya. Kau mau kemana? Tolong jangan kabur dulu. Pertanyaanku belum selesai." Saat kemudian Ara mengetahui Misu akan berbelok ke ruangan dirut, gadis itu sontak menahannya kuat-kuat. "Eh, eh! Kau mau apa ke ruangan buhuijang-nim?! Dia sedang sibuk dan segala tamu harus melalui aku terlebih dahulu."

"Aku mau menemuinya sebentar. Ada sesuatu yang harus aku bicarakan." Misu berusaha melepaskan diri dari cekalan Ara yang makin kuat. "Lepaskan, Ara! Aku sama sekali bukan orang asing untuknya!" Rintihnya pedih.

"Walaupun kau masih karyawan di sini dan kau mantan sekretarisnya, peraturan tetap peraturan, Misu! Pertama-tama tolong katakan padaku ada urusan apa kau ingin menemuinya, biar aku bisa sampaikan padanya terlebih dahulu."

Merasa kesal dan putus asa, Misu menepis cekalan Ara di lengannya, kemudian berlari menuju toilet terdekat sebagai gantinya. Ia tumpahkan segala emosi yang begitu menghimpit dadanya dalam tangisnya tanpa suara di salah satu bilik sampai beberapa saat lamanya.

 Ia tumpahkan segala emosi yang begitu menghimpit dadanya dalam tangisnya tanpa suara di salah satu bilik sampai beberapa saat lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌺🌺🌺🌺

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang