55. The First Snowy

1.5K 166 128
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Vote before read
Happy reading

🌺🌺🌺🌺

“Bagaimana kabar New York?”

Misu yang duduk di depan jendela apartemen, seketika mengarahkan pandangannya dari layar ponsel  ke pemandangan di depannya. Salju pertama yang turun sejak semalam tadi telah menumpuk menutup seluruh wilayah perkotaan, namun dinginnya udara tak sampai membuat masyarakatnya lalai akan aktivitasnya pagi hari itu. Beberapa di antaranya sedang sibuk menyekop, membersihkan salju dari jalan-jalan agar kendaraan bisa berlalu lalang tanpa hambatan. Sementara di sekelilingnya, banyak anak kecil berpakaian tebal bermain seluncur di depan halaman rumahnya.

Melihat kombinasi itu semua membuat Misu ingin turun dan ikut bergabung menikmati indahnya salju pertama di New York. Namun apa daya, dia hanya bisa terpekur menutup kepala hingga tubuhnya dengan selimut tebal, dengan hidung merah dan ingus tak berhenti turun.

Misu kembali fokus ke panggilan video Junni untuk menjawabnya. “Masih turun salju. Dan aku sedih karena tak bisa menikmatinya.”

“Oh, kau terlihat menyedihkan sekali memang. Di Seoul masih cerah. Belum ada tanda-tanda turun salju dalam waktu dekat ini.” Junni terlihat berjalan sambil mengarahkan kamera di sekitar rumah.  “Kapan kalian berdua pulang? Ibu sudah rindu padamu, tahu. Dia sampai bertanya apakah kalian benar baik-baik saja, sampai tak pulang ke rumah berbulan-bulan.”

Misu mendesahkan napas berat. “Padahal aku selalu menyempatkan panggilan video bersama oppa di sampingku setiap harinya. Maksudnya biar Ibu tidak berpikir macam-macam. Jadinya Ibu masih khawatir saja, ya?”

“Tentu saja. Dia tidak akan percaya dengan mudah kalau tidak melihat secara langsung. Dan kau tahu...” Junni berjalan keluar menuju pekarangan rumahnya lalu menunjukkan situasi dengan kamera belakang. “Ibu benar-benar mengubah halaman samping bonbin ini jadi wedding venue kalian. Tapi sayang sekali kau tidak bisa mengobrol dengan Ibu sekarang, dia sedang pergi cari bunga-bunga kering buat dekorasi katanya. Tapi yah... kurasa persiapan ini sudah sekitar 70%, tinggal menuliskan nama undangan saja. Oh, dan gaunmu yang dirancang oleh desainer langganannya itu, sudah digantung di kamar Ibu.”

“Ah.. benarkah?” mata Misu seketika berbinar-binar cemerlang. “Mau lihat. Tolong please lihatkan padaku.”

“Ih... Pulang dan lihat saja sendiri. Pokoknya segala hal di dalam rumah ini benar-benar banyak yang berbeda. Tapi kalau kau pulang nanti, jangan terkejut kalau-kalau menemukan penghuni baru di sini. Sebentar... hei come here, kid!” Junni menghilang dari layar ponsel, lalu tahu-tahu dia muncul menggendong sesuatu dengan satu tangannya kemudian menunjukkannya pada Misu. “Tiger, say hello to auntie.”

Serta merta Misu membelalakkan mata selebar-lebarnya. “Omo, Kitty! Kau bawa bayi harimau!”

Junni terkekeh melihat ekspresi Misu yang terkaget-kaget. Ia membiarkan bayi harimau seukuran kucing dewasa itu memanjat dan menggelayuti bahunya. “Tenang saja, dia akan kumasukkan kandang kalau kau datang.”

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang