45. Once The Decision is Made

948 146 118
                                    

Vote before read

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote before read. Happy reading!

🌺🌺🌺🌺


Napas Jun-Ho seketika terhembus lega begitu sambungan telepon kesekiankali akhirnya dijawab. “Sayang... kamu lagi dimana? Masih belanja sama teman-teman?” Dia menempelkan kartu akses untuk membuka pintu lift-nya lalu masuk ke dalam.

“Aku sudah pulang. Kamu sendiri dimana?”

“Baru pulang dari rumah Monyet. Dia minta tolong setelin beberapa furniture-nya yang baru datang.”  Ia melirik Tambour yang melingkar di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul 8 malam. “When you said home already... rumah mana yang kau maksud?” Jun-Ho sungguh berpikir Misu akan mampir ke rumah temannya terlebih dahulu setelah menghabiskan hari bersama alih-alih langsung pulang ke apartemennya.

“Hmm... tebak saja aku dimana.” godanya.

Lelaki itu kini menginput password sambil mengerutkan kening seraya menerka. “Rumah Tata? Ara? Kak Eunja?” beberapa saat tidak ada jawaban dari Misu hingga membuat Jun-Ho menekan earbuds-nya mengira ada gangguan. “Sayang?”

Begitu pintu terbuka, Jun-Ho langsung terpaku beberapa detik melihat gadis yang ia telepon tepat berada di hadapannya.

I am at the one i love’s house.” Kata Misu dengan ponsel masih menempel di telinga. Senyumnya berubah menjadi tawa geli yang membuatnya makin menggemaskan di mata Jun-Ho.

Tanpa bicara apa-apa lagi, lelaki itu maju, membawa gadis itu ke pelukannya. “Maaf kalau aku terpaksa mematikan teleponnya. Aku sedang ingin menuntaskan kerinduan dengan seorang gadis cantik yang menyambutku pulang malam ini.”

“Aku pastikan akan terus menyambutmu pulang setiap harinya selama puluhan tahun ke depan. Mohon jangan bosan.”

“Siapa yang bosan? Aku? Never. Aku sudah bisa bayangkan bagaimana kau datang padaku dengan mini me or mini you mengekor di belakang.” Jun-Ho mengecup bibirnya dan semakin tersenyum saat Misu membalasnya dengan penuh minat.

Sadar bahwa setiap kali Jun-Ho mencium Misu, tak ada lagi sesuatu yang bisa menghentikan hasrat mereka berdua kecuali pelepasan dari aktivitas bercumbu yang panjang. Karena itu, Jun-Ho berusaha menguasai dirinya, dan melepaskan pagutan itu dan memilih menabrakkan dahinya ke kening Misu seraya mengatur napas yang tersengal. “We have to stop. There is something important i need to talk to you.”

“Tapi aku ingin kamu.”

Reflek, Jun-Ho menatap pada Misu yang berkata dengan sorot mata menggelap nan menggoda. Serta merta ia menelan ludah.

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang