26. All I Ask

1.6K 185 266
                                    

Warning ! ! !

🔞🔞🔞🔞

Malam PEMILU. Boleh masuk hanya yang sudah punya KTP!!

Enjoy the ride

🌺🌺🌺🌺

“Tidak jadi menemui teman-temanmu?”

“Tidak akan selama ada kamu.” Jun-Ho mengecupi pipi hingga telinga Misu, dengan kedua tangan yang tak berhenti meraba seluruh permukaan kulitnya. “Aku tidak akan membiarkanmu bertopang dagu di sini. Pekerjaanmu banyak.”

“Apa contohnya?”

“Apa saja yang saya suruh. Karena ini termasuk dalam penilaian kinerja umum.”

“Aku harusnya dapat gaji lebih tinggi kalau begitu.”

“Lalu blackcard-ku yang kau bawa, dianggap sebagai apa? Hadiah kecil?”

“Hmm... Sesungguhnya itu masih kurang menurutku.”

Jun-Ho berhenti mengecup untuk melihat matanya. “Kurang?”

Misu mengangguk. “Bukan nilai materinya. Karena sampai saat ini aku belum bisa memastikan bagaimana sebenarnya hatimu terhadapku.”

Alis Jun-Ho bertaut. "Bukankah harusnya aku yang mempertanyakan rasamu? Kau baru saja putus dengan laki-laki regular itu kalau kau mau kuingatkan kembali."

"Apa kau merasa tidak punya masa lalu sampai merasa seyakin itu padaku?"

“Kau mempertanyakan masa laluku?" Tanyanya menuntut. "Aku tidak tahu kau sudah mengetahuinya sejauh apa. Tapi sungguh, sama sekali tidak terbesit dalam ingatanku kalau kau tidak mengungkitnya barusan. Aku mencintaimu.” Tangan Misu dibimbing untuk menyentuh dada kirinya, seperti yang pernah ia lakukan dulu. “Kau bisa selalu menyentuh ini hanya untuk memastikan apakah jantungku berdegup kencang tiap kali berada di dekatmu. Can you feel it?” Lelaki itu memandangnya dengan tatapannya sedalam telaga, membuat Misu sejenak tenggelam dalam pusarannya yang mampu menghentikan waktu, membuat Misu sekejap sadar bahwa hati dan raganya telah terikat kuat pada Jun-Ho entah sejak kapan.

Tahu-tahu Misu mendapati dirinya tak bisa hidup tanpa lelaki itu, apalagi jika harus membayangkan dalam sudut hati Jun-Ho ternyata masih ada residu seorang wanita dari cerita masalalunya.

"Aku sungguh mencintaimu sampai bingung harus dengan bagian hidupku mana lagi yang kuserahkan. Katakan saja apa tuntutanmu, jangan sesekali membuatku menerkanya."

Melihat kesungguhan dan ketulusan di wajah lelaki itu, Misu tak lagi bisa menuntut apapun. Bukankah harusnya itu cukup? Apakah Misu ingin dipuja seperti yang dilakukan Jun-Ho pada wanita itu?

Seharusnya tidak. Misu cukup menerimanya sebagai bagian dari masa lalu lelaki itu, karena dirinya sendiri punya masa lalu yang juga ingin diterima.

Jun-Ho menangkup wajah Misu, mencumbu bibirnya, menekan lembut pipinya agar mulutnya mau terbuka, menyusupkan lidah, mengikat, dan menghisapnya hingga rasa manis yang akhirnya terasa ia cecap. Misu dibuatnya lemas hanya dengan sebuah ciuman yang lembut dan tidak terlalu menuntut.

Jun-Ho melepas pagutannya saat dirasa gadis itu telah terengah, sementara bibirnya mulai beralih menyusuri leher, dada hingga perutnya, berusaha menghafal di kepala seluruh titik sensitif yang ia dengar lewat suara desahan dan tubuh Misu yang menegang.

Saat bibir Jun-Ho telah sampai di pangkal pahanya, gerakan lelaki itu terhenti. Dia kembali ke atas, menghadapi wajah Misu lagi yang tengah memandangnya penuh tanya. “Kenapa?”

Limerence : Tune In For Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang