Dalam waktu empat puluh delapan jam, banjir sudah surut. Meninggalkan banyak lumpur dan kekacauan yang luar biasa. Rumah keluarga Yook di blok C, bahkan sudah menjadi peternakan ikan lele di area dapurnya. Lalu oven kesayangan Yunhyeong juga hancur karena dapur keluarga Song terkena dampak cukup parah.
"TERPESONAAAA~ AKUU TERPESONAAAA!" teriak Haruto dan Jungkook semangat, seakan sedang latihan militer. Jangan lupakan wajah mereka yang sudah dihiasi lumpur. "MEMANDANGI WAJAHMU~~ YANG MANIIIIIS!"
"WOY! Yang bener bersih-bersihnya!" sewot Wonwoo yang sedang menyirami lumpur dengan air bersih. "Yang ada kalian gue siram nih!"
Kasian Wonwoo, selama banjir kerjaannya tidur. Pas bangun disuruh menyelesaikan segala kerusakan di blok C.
"Wonwoo, nanti siram yang di ujung sana, ya ..." Wonwoo dengan terpaksa memperlihatkan senyumannya. Ia tak mungkin menolak perintah dari Mami Song, tetangganya.
"Bob, blok A udah selesai?" tanya Ayah Heechul saat melihat putranya yang tinggal di blok A datang.
"Udah dong, udah beres semua. Udah kembali seperti semula, kecuali warung Ibu June."
"Warung ibu June masih acak-acakan, Bob?" Yunhyeong yang sedang menjemur sofa tiba-tiba saja ikut menyahuti percakapan antara tetangga sebelahnya itu.
"Udah kaga sih, June tadi lagi nyikatin etalase."
"Jisoo sama anak-anak kamu udah di rumah?" kali ini Mami Minah yang ikut bertanya.
"Belum, Mi. Masih di rumah Mamah," jawab Bobby sembari membantu Sang Bunda mengeluarkan sofa. "Nanti aja ke sininya, besok. Tunggu lingkungan gak lembab dulu."
"Anak-anak cowok, nanti abis makan siang kita kerja bakti beresin gorong-gorong," Papah Yook tiba-tiba saja muncul di belokan menuju Blok C. "Bareng sama anak Graha Permai Dua."
"Graper berubah jadi pasar kaget anjir," komentar Mino. Putra kedua dari keluarga Song, yang semalam baru saja tiba. Mino dan Jaewon, dua anak rantau yang bela-belain pulang demi melihat kejadian langka di komplek perumahannya. "Dari blok A sampe sini, ada aja yang dijemur."
"Ya namanya kebanjiran, pasti dijemurlah, No ..." saut Mama Yook yang juga sedang menjemur sofa. "Kalo kebakaran, baru dibasahin."
Para bapak-bapak dengan kompak tertawa, celetukan Mama Yook ternyata sesuai dengan selera humor mereka.
"Bang lo kaga ikut ketawa?" tanya Wonwoo kepada Bobby. "Kan lo juga bapak-bapak."
Bobby langsung mendelik, "Selera humor gue masih remaja."
🏘
Gorong-gorong besar di area lapangan belakang, terhubung langsung ke selokan utama yang jaraknya cukup jauh di belakang perumahan Graha Permai. Sebenarnya gorong-gorong besar itu memang cukup sering membuat masalah, biasanya tersumbat. Tetapi yang sering menjadi korban hanya halaman belakang keluarga Kim dan Yook, yang selokan kecilnya sejalur ke gorong-gorong tersebut.
Hingga tiba petaka besar seperti banjir kemarin. Masyarakat Graha Permai curiga ini karena penumpukan sampah yakult yang biasa diminum Hanbin. Jadi setelah banjir surut, mereka berbondong-bondong untuk membersihkan gorong-gorong tersebut.
"Tumbal kali ini adalah ..." Papah Koo kali ini menjadi ketua panitia pembersihan gorong-gorong komplek. "Dari Graha Permai Utama, Hoseok, Jaewon, Chanwoo, dan Junhoe."
Para penduduk Graha Permai Utama yang tidak menjadi tumbal dengan kompak bersorak. "MANTAP! KELUARGA JUNG JADI TUMBAL SEMUA!" Sorakan tepuk tangan heboh disahuti oleh manusia gila.
"Oke, oke. Untuk tumbal dari Graha Permai Dua," lerai Papah Koo membuat suasana kembali hening. "Dokyeom, Haechan, Yoon Jisung, sama Haruto."
"WEH! OM UTO MANAAA INI?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GPR 48✓
FanfictionMereka bukan lawan AKB ataupun JKT Mereka juga bukan sejenis kumpulan anggota legislatif Mereka hanyalah manusia-manusia gila yang cocok jadi wayang OVJ ----- Cerita ini hadir karena serbuan dari manusia-manusia berkedok followers di live IG lambe_h...