41. Hadiah Valentine

817 185 35
                                    

Rose membuka mulutnya lebar-lebar. Perempuan itu diam mematung, menatap tidak percaya ke arah pekarangan rumahnya. "June goblok!"

"Maaf, Mbak. Silakan tanda tangan di sini untuk bukti tanda terima," seorang bapak-bapak menyodorkan kertas yang langsung Rose tanda tangani. "Terima kasih, Mbak."

Hanya anggukan singkat yang Rose berikan pada pria dengan kaus bertuliskan toko bunga yang ia kenal. Bahkan Rose tidak terlalu peduli saat mobil pick up yang dikemudikan bapak itu sudah melaju. Tatapan penuh dendam Rose tujukan pada karangan bunga yang tentu saja ia tahu siapa pelakunya.

Iya. Karangan bunga. Bunga papan yang suka dipakai untuk ucapan di pernikahan, launching toko, atau bahkan untuk duka cita. Emang, sih, tulisannya happy valentine, tapiii bukan bunga ini yang Rose maksud.

"Eh, buset! Siapa yang nikah, nih?"

Sungjae yang datang dengan buket bunga yang cukup besar membuat Rose semakin merengut sebal. "Berisik! Masuk sono!" sewotnya yang justru membuat Sungjae tertawa lepas.

"Cowok lo emang agak di luar nalar, Rose. Padahal kemarin gue ajakin beli bareng biar dapet harga grosir, tapi--"

"Heh, Koo Junediii!"

Sungjae yang perkataanya terpotong memilih langsung kabur dan masuk ke teras rumah. Daripada melihat cerocosan adik kekasihnya yang sudah pasti akan ngomel panjang lebar. Belum lagi kalo suara melengking Rose keluar. Nggak, deh. Sungjae masih sayang sama kupingnya.

"Bagus nggak bunga--"

"Nggak!"

Tawa June seketika pecah saat mendengar jawaban Rose. "Langka itu, ih! Harganya lebih mahal dari buket bunga yang lain," bela lelaki itu di sela-sela tawanya.

"Nggak bisa dipajang di kamaaar," rengek Rose. Perempuan itu sampai mengentak-entakkan kakinya. "Mau aku pasang di SG juga gak akan aesthetic. Iiih, keseeel!"

Junhoe masih puas tertawa. "Nanti pulang kerja aku bawain ke lantai dua, biar bisa dipajang di kamar--"

"Gue jadiin itu bunga buat taburan makam lo!" Dengan sebal Rose memutuskan sepihak telepon dari June. "Ini manusia semenjak udah dapet gaji jadi sering foya-foya," keluhnya yang memang mengatakan yang sebenarnya.

Iya, June udah dapet kerja. Dan, semenjak punya kerjaan tetap serta gaji pasti yang cukup besar, dia emang jadi rada-rada ajaib. Ada aja barang nggak guna yang dibeli. Terakhir aja Si June beli barbie hamil. Nggak tau motivasinya buat apa, dia cuma bilang lucu, kapan lagi liat Barbie hamil.

"Loh? Karangan bunga apa itu? Astaghfirullah Si June." Papa yang baru pulang kerja aja sampe istighfar liat kelakuan calon matu bungkusnya. "Bagus juga ide dia. Bentar Papa foto dulu buat di post di grup Bapak-bapak."

Iya, sih, istighfar. Tapi, abis itu masuk ke dalam golongan June juga.

"Si June mau ke sini nggak? Papa jadi pingin pesen juga buat Mama kamu."

"Om, ikutan, dong," sahut Sungjae.

Iya, udah. Papa Park ini emang satu golongan sama dua calon mantunya. Mereka aja pernah hampir live mandi lumpur kayak yang beberapa minggu lalu pernah viral.

🏘️

"Iiii, lucu bangeeeet!" Mama Inna mengangkat tinggi-tinggi hadiah yang diberikan suaminya. Boneka beruang berwarna biru muda dengan kalung liontin ruby. Iya, itu harga kalungnya lebih mahal dari harga diri Bang Hoseok. "Papa romantis banget, iih."

Iya, sih. Papa Dongwook ini emang paling romantis di antara bapak-bapak Garaper lainnya. Jangan bandingin sama Bobby, dia kalo urusan romantis nggak ada tandingan. Tapi, Papa Dongwook ini emang selalu manis sama istrinya.

Sebelum kata Bucin dikenal, Papa Dongwook udah lebih dulu kayak gitu ke istrinya. Mark sama Taeyong aja kadang muak liat tingkah orangtuanya yang kalo udah bucin kayak ABG baru jatuh cinta.

"Tau nggak kenapa Papa pilih bonekanya warna biru muda?"

Mama Inna sudah mesem-mesem seperti anak gadis yang digodain duda lima anak. "Kenapa, tuuuh?"

"Karena biru muda itu mengibaratkan laut dan langit. Mereka luas serta bersih, seperti rasa cinta Papa ke Mama."

Cih. Air laut di Muara Angke butek. Papa Dongwook juga kayaknya belum pernah liat langit penuh polusi di kawasan Cikarang.

Mama Inna yang emang dasar budak cinta juga dia udah salah tingkah nggak jelas. Ini rumah tangga mereka sudah lewat dari seperempat abad, tapi anak SD yang baru pacaran aja kalah lebaynya. Luar biasa memang emak bapaknya Taeyong dan Mark ini.

"Oh, iya. Coba Mama pencet bonekanya, deh," pinta Papa Dongwook yang memang menyiapkan kejutan lainnya.

Seakan terkena hipnotis, Mama Inna langsung menuruti perkataan suaminya. Ia menekan area tubuh yang ditunjuk Papa Dongwook. Di bagian dada kiri boneka beruang besar itu memang terdapat tombol.

Dan, saat Mama Inna menekannya, suara berat Sang Suami langsung terdengar membacakan sebuah puisi karya pria bucin itu.

"Mendaki ke puncak gunung memang melelahkan, tetapi menuju puncak kehidupan bersamamu tak akan membuat aku mengenal kata menyerah. Menyelami samudera memang dalam, tetapi tak akan bisa mengalahkan dalamnya cintaku padamu ...."

Puisi yang menurut mereka romantis itu masih terus berlanjut. Wajah Mama Inna bahkan sudah merah, salah tingkah. Emang dasar orang tua dimabuk cinta.

🏘️

"Gue tamu, Kaaak!" Chanu yang sedang asik menikmati pinggir kue yang angus di dapur rumah Yunhyeong terpaksa beranjak saat disuruh ke depan karena terdengar suara kurir paket.

Yunhyeong yang fokus pada kue untuk Mina dan pesanan Chanwoo tak banyak peduli. "Elah, berguna dikit napa!" sewot lelaki bercelemek merah muda itu.

Sedangkan Chanwoo, lelaki itu sudah berjalan menuju pagar depan. Seorang pria dengan rompi ojek online langsung menyambutnya. Jangan lupakan buket bunga berisi banyaknya mawar merah.

"Ini rumahnya Mbak Somi, Mas?" tanya bapak ojol itu. "Ada kiriman bunga dari Seo Donghyeon."

Chanwoo membulatkan matanya, tetapi tak lama setelah itu ia mengangguk, wajahnya benar-benar datar saat menerima buket bunga itu. "Nanti saya kasih ke Somi, makasih ya, Pak."

"Penerimanya atas nama siapa ya, Mas?"

"Jung Chanwoo," ucapnya dingin.

Abang Ojol yang nggak tau apa-apa hanya mengangguk dan beranjak pergi setelah tugasnya selesai. Meninggalkan Chanwoo yang sudah mengeluarkan ponsel di saku. Menelepon Somi, ia tahu perempuan itu ada di rumah.

Hubungan Somi dan Chanwoo memang sedang kurang baik sejak akhir tahun. Bisa dibilang mereka tuh sudah seperti ada diambang putus. Bahkan saat ulang tahun Chanwoo di Januari kemarin, lelaki itu memilih menghindari Somi.

Iya, ini yang ambekan Chanwoo.

Wajah Somi yang sedari pagi ditekuk seketika tersenyum cerah saat melihat panggilan masuk dari lelaki yang ia tunggu-tunggu. Tak menunggu waktu lama untuk Somi mengangkat telepon Chanwoo. "Hal--"

"Ke depan," perintah Chanwoo dingin.

Padahal suara Chanwoo udah kedengeran banget galaknya, tapi Somi malah jingkrak-jingkrakan. Perempuan itu bahkan sudah semangat berlari keluar rumah. Senyumnya langsung terbit saat melihat Chanwoo berdiri di dekat pagar dengan buket bunga di pelukannya.

"AKU KIRA KAKAK MASIH--"

"Dari Seo Donghyeon, tadi Abang ojeknya salah alamat malah krim ke rumah Kak Yoyo," potong Chanwoo cepat. Lelaki itu langsung mengulurkan buket bunga di tangannya ke arah Somi, dan setelah itu bergegas pegi, kembali ke rumah Yunhyeong.

Padahal niatnya hari ini Chanwoo mau baikan sama Somi. Lelaki berpipi bulat itu bahkan rela belajar bikin kue ke Yunhyeong buat nanti ia kasih ke Somi. Tapi, mood-nya seketika buruk. Dan, dapat dipastikan hubungan mereka juga akan semakin memburuk.

Tbc

GPR 48✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang