8. Barisan Para Calon Mantu

2.1K 367 74
                                    

"Weh besok-besok Bang Ucok aja yang jadi imam tarawihnya ..." kata Rose antusias, perempuan itu masih mengenakan mukena atas dengan sarung yang sudah ia kalungkan di leher. "Cinta banget gue!"

"Iya lah cinta. Suratnya Al-Fill kebawah ..." jawab Eunha. "Rokaat ke dua mainnya Qulhu."

"Mantap, kan?"

Yerim ikut mengangguk, "Al-Kafirun featuring Al-Ikhlas adalah hal yang paling nikmat."

Imam tarawih memang terjadwal. Biasanya para kepala keluarga yang mendapatkan bagian menjadi imam tarawih. Tetapi jika kepala keluarganya berhalangan hadir, maka anak lelakinya boleh menggantikan. Seperti malam ini misalnya, Papah Yunho sedang ada acara buka puasa bersama di luar, maka Bang Ucoklah yang menjadi korban.

"Eh, besok jadwal Bang Bobby ya?"

"Izin ah gue, Bang Bobby nyebelin," saut Joy. "Tahun lalu aja pas gantiin Om Heechul, dia bacaannya panjang-panjang."

"Ya, dia waktu itu rokaat pertama baca An-naba, keduanya baca Al-Lail."

"Eh tapi, kalo besok diwakilin sama Dihan, bisa ga?" saut Yerim. "Kalo sama Dihan pasti cepet."

Rose dan Eunha dengan kompak menoleh kepada Yerim. "Bahaya banget emang virus bobrok blok A ..." kata Eunha. "Nularnya cepet."

"Ya gimana, bibit bobrok blok C buka cabang di blok Ac..." saut Rose dan disetujui oleh Joy dan Eunha.

"Nanaaaa ... disuruh pulang sama Bang Jaewon!" Chanwoo tiba-tiba saja berlari dengan heboh. "Cepeeeeet!"

"Ngapain sih?" tanya Eunha penasaran. "Adeknya kan lo, kenapa gue juga harus nyambut Bang Wawan?"

"Bubu lagi pergi sama Baba ..." kata Chanwoo. "Sedangkan Bang Wawan .." Chanwoo diam sejenak karena tak tahu bagaimana cara menjelaskannya. "Ish! Pokonya ke rumah dulu aja. Ayoooook!" Eunha kini sudah ditarik oleh Chanwoo. Perempuan bertubuh mungil itu bahkan seperti terseret tubuh besar sepupunya.

"Chan anjim Chaaaaan! Anjir lo mau bunuh gue?!"

"Ayok cepet!" kata Chanwoo berjalan dengan langkag lebar. "Bahaya kalo Abang gue ditinggal sendirian."

"Kenapa sih?" tanya Eunha penasaran, sedangkan Chanwoo tak menjawab. Lelaki bertubuh besar itu masih terus berjalan secepat mungkin menuju rumahnya.

"Ada calon tunangannya Bang Jaewon," kata Chanwoo saat ia membuka pagar rumah. "Tapi Bubu gak ada. Gak enak kalo cuma ada gue sama Bang Wawan."

"Gue kira ada apaan anjim!" sewot Eunha dan setelah itu masuk ke dalam rumah mendahului Chanwoo.

"Assalamu'alaikum ..." Eunha langsung berubah menjadi manusia pendiam yang sangat ramah saat memasuki rumah. "Bang, balik kapan lu?"

Jaewon yang sedang membongkar koper berisi oleh-oleh langsung menoleh kepada sepupunya itu, "Na ... anterin Hanna ke kamar tamu."

Eunha langsung melakukan sikap hormat, "Siap laksanakan!" jawab Eunha semangat. Dan setelah itu langsung tersenyum lembut kepada perempuan yang duduk canggung di ruang keluarga, "Hai Mba Hannac..." sapa Eunha ramah. "Sehat, Mba? Tadi berangkat jam berapa dari sana?"

Kang Hanna, perempuan dengan usia lima tahun lebih tua dari Jaewon itu dengan ramah menjawab pertanyaan Eunha.

"Istirahat dulu, Mba. Gak usah nungguin para orang tua, mereka kalo bukber suka lupa usia ..." kata Eunha yang dengan mudah akrab dengan Hanna.

"Iya, Na. Makasih ya ..."

"Santuy aja, Mba. Ayo aku anter ke kamar tamu."

"Istirahat dulu aja, Yang. Nanti kalo Bubu pulang, yang ada kamu diajak nobar ikatan cinta ..." kata Jaewon dan langsung mendapatkan pukulan dari calon tunangannya.

GPR 48✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang