"Anjir, Jun. Ini Si Jihan kaga kenapa-kenapa minum yakult?"
"Paling mencret," jawan Junhoe santai. "Tulis di bon utang, Yer. Lumayan dua rebu."
Jika Yerim benar-benar digaji untuk menajaga warung keluarga Koo, seharusnya ia sudah bisa membeli Honda Beat dari hasil menggantikan pekerjaan Junhoe itu.
"Yer, gue titip warung bentar, ye." Tanpa merasa khawatir Junhoe menitipkan warungnya kepada Yerim yang sedang bersama Jihan. "Gue mules, mau berak dulu."
Tak perlu menunggu persetujuan dari Yerim, Junhoe langsung berlari menuju kamar mandi di belakang. Meninggalkan warung dengan Yerim dan Jihan yang sedang menikmati makanan di teras depan.
"Ji, Bubu mana?"
"Dada," jawab Jihan yang sekarang sedang menikmati bolu lapis.
"Dada?" Yerim berpikir keras mencari jawaban yang sebenarnya. "Nggak ada?" tebak Yerim dan dijawab anggukkan Jihan. "Ke mana?"
"Aita ne."
Yerim menggaruk kepalanya. Ia tak paham akan perkataan Jihan. "Oooh, iya," jawabnya asal. "Ne, ne, ne."
Tak ada jawaban dari Jihan. Bocah itu sudah berdiri dan berusaha mengambil makanan lainnya. "En! Tu, tu, tu." Jihan menunjuk ciki yang ia mau. "Oong oong."
"No, kamu makan mecin mulu. Nanti aku dimarahin Bubu."
"Nya na na bubu nyanaaa!"
Mulut Yerim membulat. Tatapan matanya kosong. Otak tiba-tiba tak bisa berpikir jernih. "Ayok balik, dah. Yayah kamu lagi asik main nija warrior sama Dihan, noh."
Tak mempedulikan warung Junhoe yang kosong. Yerim dengan santai mengantar Jihan untuk pulang. Tenang, anak Graha Permai tingkat kejujurannya bagus, kok. Walaupun suka ngutang.
.
.
."JUNEEE! JUUUN!"
"APA BAAANG? GUE LAGI SETOR TUNAIII!" June membalas dengan teriakan juga. "ADA YERIM SAMA JIHAN DI DEPAN."
"Kaga ada," jawab Wonwoo dengan teriakan juga. "Gue nyeduh kopi, ye. Ada Bang Hongseok juga."
"Yoo, itung aja sendiri. Gue belum selesai setorannya."
Wonwoo tak lagi menyahuti perkataan Junhoe. Ia kembali ke dalam warung dan membuat kopi instan. "Bang, lo mau kopi apa?"
"Item, gulanya satu sendok."
"Krimer pake?"
"Kaga," jawab Hongseok Si Alumni penduduk Graper. Ia sedang duduk di atas karpet yang sengaja digelar tapat di depan warung. "Rokok, Won."
"Rokok harus pake KTP, Bang." Wonwoo datang dengan tangan membawa dua gelas berisi kopi. "Nunggu June aja."
"Harus pake KTP?"
"Kaga, tapi gue males ke bagian kasir buat ngambil rokoknya."
Hongseok hanya mengangguk. Ia duduk dengan santai di atas karpet dengan banyak sisa makanan Jihan yang berceceran.
"WEY, Yer ambil roko di kasir," perintah Wonwoo saat melihat asisten warung datang dengan tangan membawa beberapa buah. "Itu apaan?"
"Jambu batu--"
"Bagi--"
"Minta sono ke Bang Bobby," potong Yerim membalas Wonwoo yang memotong perkataannya juga. "Metik sendiri di pohonnya."
"Di rumah keluarga Ahn emang ada pohon jambu?" sahut Hongseok. "Bukannya cuma ada kolam renang?"
"Semenjak di beli sama Bang Ibob, halaman belakang berubah jadi hutan kota, Bang," jelas Wonwoo. "Dia beli pohon-pohon yang udah gede, terus ditanem di halaman belakang."
KAMU SEDANG MEMBACA
GPR 48✓
FanfictionMereka bukan lawan AKB ataupun JKT Mereka juga bukan sejenis kumpulan anggota legislatif Mereka hanyalah manusia-manusia gila yang cocok jadi wayang OVJ ----- Cerita ini hadir karena serbuan dari manusia-manusia berkedok followers di live IG lambe_h...