"Heh! Gue udah bangga-banggain lo buat jadi komposer lagu film gue. Bisa-bisanya lo malah telat ngasih draft soundtrack!"
Hoseok hanya menghela nafasnya saja. Omelan Mba Hyesun tak begitu penting dibandingkan pikiran menyebalkan di otaknya.
"Heh Ucok!" panggil Mba Hyesun yang sudah siap mengeluarkan lahar dari kepalanya. "Tau gitu gue kasih projeknya ke Hanbin--"
"Kasih aja ke Hanbin. Buat tambahan biaya nikahnya..." sela Hoseok cepat. Sedangkan Mba Hyesun tentu saja menatap bingung kepada salah satu pembantunya itu. Tumben sekali Hoseok menjawab perkataannya dengan ketus.
"Kenapa lo?"
"Gak apa-apa."
"Dih najis! Kaya cewek anjim!" umpat Mba Hyesun kesal. Wanita itu sudah duduk santai di sofa studio Hoseok. "Kenapa lo? Mumet banget mukanya."
"Si Hanbin mau nikah."
Mba Hyesun mengerutkan keningnya, merasa heran karena jawaban Hoseok yang menyebut tetangga mereka yang lain. "Lo gak rela Hanbin nikah? Lo suka sama Hanbin?!"
"Gue lagi males bercanda, Mba."
"Oh, oke..." Mba Hyesun langsung melipat bibirnya. Kali ini suasana benar-benar serius. "Jadi masalahnya ada dimana? Hanbin nikah kenapa lo yang mumet?"
Hoseok menghela nafasnya, "Mumet karena Mamah terus-terusan nanyain gue kapan nikah," keluh Hoseok. "Nanyain mulu cewek gue mana, disuruh dateng ke rumah."
Mba Hyesun hanya mengangguk saja, mendengarkan keluhan Hoseok dengan seksama. Walaupun sebenarnya ia ingin tertawa lepas karena melihat tetangganya merana, tapi ia paham bahwa suasana saat ini tak cocok untuk bercanda.
"Ya lo tanyain ke Mamah lo. Dia maunya gimana? Bawa cewek doang mah tinggal seret kali satu anak resepsionis ke rumah lo."
Hoseok langsung mendelik, "Dikata permasalahan bakalan selesai setelah gue bawa satu cewek ke rumah."
"Iya juga sih," gumam Mba Hyesun. "Yaudah lo jelasin ke Mamah lo, jelasin sebaik-baiknya. Lagian ya, lo kenapa coba kaga punya cewek? Gue rasa lo bukan jenis manusia buruk rupa sama gak ada yang mau."
Hoseok menghela nafasnya, "Males gue sama yang gitu-gituan," balas Hoseok asal. "Pacaran-pacaran, belum tentu ceweknya tulus."
"Ya lomah udah su'udzon duluan ke cewek. Kan gak semua cewek kaya gitu, Seok!"
"Tapi semua yang deketin gue pasti gitu..." balas Hoseok. "Kalo gak ngarepin Prada ya YSL."
"Ya lo jangan terlalu baik lah!" balas Mba Hyesun. "Kalo udah nikah baru."
"Dibilang pelit nanti."
Mba Hyesun menghela nafasnya, "Mau gue kenalin sama anak editor novel gue?" tawar Hyesun. "Ada satu tuh yang ngeluh juga karena selalu ditanya kapan nikah."
"Ogah ah! Gue males adaptasi sama orang baru."
"Ya pantes kaga dapet jodoh. Kenalan sama orang baru aja ogah!"
Hoseok yang awalnya duduk bersandar di kursi langsung menegak. "Gue sama lo aja kali ya, Mba?"
Mba Hyesun langsung mendelik, "Ogah! Gak minat sama brondong lagi!" tolak Mba Hyesun dengan sebal. "Udah omongin sama emak lo baek-baek. Nanti gue kenalin ke editor gue kalo lo mau."
"Ck! Gue ogah kenalan sama orang baru, Mba."
"Ya udah lo cari dah yang udah lo kenal. Si Key abangnya Yerim juga tuh jomblo."
Hoseok tentu saja langsung mengumpat. Gak mau kenalan sama cewek baru bukan berarti dia jadi salah arah.
"Balik lo sono balik. Tenang, draft soundtrack udah gue kirim. Nanti kalo gue kewalahan gue minta tolong ke Haruto."
KAMU SEDANG MEMBACA
GPR 48✓
FanfictionMereka bukan lawan AKB ataupun JKT Mereka juga bukan sejenis kumpulan anggota legislatif Mereka hanyalah manusia-manusia gila yang cocok jadi wayang OVJ ----- Cerita ini hadir karena serbuan dari manusia-manusia berkedok followers di live IG lambe_h...