Bara merasa hidupnya terlalu special jika harus dihabiskan dengan masalah romansa dan segala tetek-bengeknya.
Selama ini dia merasa cukup hanya dengan teman-temannya, De Dickens.
Tapi hidup selalu punya twist-twist kecil disetiap denting waktu yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saturday, 29 October 2016 09.39 PM. --------------------------------------------
"Masuk!"
Seperti seseorang yang terhipnotis, Rasya segera masuk ke dalam mercedes benz itu. Sempat ia dapati Darell menoleh ke segala arah berkali-kali, wajahnya begitu kaku dengan sorot mata tajam.
"Sebenernya ada apa sih?" Rasya baru mengajukan pertanyaan setelah laki-laki itu duduk di balik kemudi.
Tak mendapat jawaban, gadis itu memilih diam. Ia dengan cepat memakai sabuk pengaman karena Darell mengendarai mobil itu seperti orang kesetanan.
Jarum Speedometer terus bergerak bersamaan dengan laju mobil yang semakin kencang. Rasya memejamkan mata, tangannya mencengkram sabuk pengaman.
"Kalau ada apa-apa terus gue suruh lo lari berarti lo harus lari."
Mata Rasya kembali terbuka, menoleh kesamping. "Ha?"
"Ck, pokoknya kalau ada apa-apa lo turutin aja perintah gue!" Suara Darell meninggi.
Entah untuk alasan apa, Rasya tak berani menyangkal laki-laki itu. Mungkin karena terkejut, atau ketakutan, atau bisa jadi karena sorot tajam Darell yang menjadi penyebabnya.
Rasanya semuanya semakin membingungkan saja setiap detiknya.
Benda di pergelangan Darell kembali berbunyi. Begitu banyak pertanyaan dalam benak Rasya, tapi tentu saja ia tak berani menyuarakannya.
Setidaknya ia tau situasi.
"Kenapa?"
Dia menoleh, mengira Darell berbicara padanya tapi ternyata tidak. Laki-laki itu menatap lurus ke depan.
"Satya ngikutin lo. Praja sama beberapa anak buahnya berhasil bikin Nata, Dika sama yang lain gagalfokus, kitapecah sekarang."
"Di belakang Satya?"
Rasya merasa seperti orang bodoh, mendengar percakapan dengan jelas tapi tak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Tiga orang Batras. Adrian sama Milo ngikutin mereka. Lo masih pakemobil?"
"Hm."
"50 meter di depan lo belokkanan. Jalanan itu sepi kalau jam segini. Gueyakin lo, Adrian sama Milo bisa handle mereka."
"Nggak bisa. Cari jalan aman."
"Lo mau kucing-kucingan? Gue yakin mereka udah nyiapinrencana buat ngepung lo, cuma tikungan depan kesempatan lo buat motong jalan."