29. Kejutan

1.1K 138 1
                                    

Hospital, Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hospital, Jakarta.
Friday, 25 November 2016.
11.47 PM.
------------------------------------------------

Rasya terus saja duduk dengan kepala menunduk dalam di depan ruang operasi, berusaha menghentikan air matanya tapi tak berhasil sedari tadi.

Kakinya masih gemetaran, penampilannya pun sudah tak dapat dikatakan rapih lagi.

Ia masih tak percaya akan apa yang baru saja ia alami dan apa yang ia lihat.

Lengkingan senjata, teriakan-teriakan, ledakan, dan darah... Dia menutup kedua wajahnya, semakin terisak.

Sesekali ia menoleh ke arah pintu ruang operasi yang masih tertutup kemudian kembali menunduk.

Bara masih berada di dalam sana, dokter tengah berusaha mengeluarkan peluru yang bersarang di lengannya. Bahkan Rasya merasa beruntung karena bisa membawa laki-laki itu kemari disaat tangannya masih gemetaran ketika mengemudikan mobil.

Derap langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya, membuat Rasya menoleh ke sumber suara itu.

Di depannya, kira-kira ada sekitar dua puluh orang berusia kisaran enam belas hingga sembilan belas tahun, menatapnya dengan tatapan yang berbeda-beda.

Datar, penuh emosi, khawatir, bahkan cemas.

Ia sontak berdiri saat mendapati dua orang yang ia kenali berada di barisan ke dua, Adrian dan laki-laki cerewet yang tempo hari berdebat dengannya di area balapan.

Saat itulah ia tau jika mereka ini pasti anggota geng motor itu, De Dickens, teman-teman Bara.

"D-dia... di dalem."

Satu orang menghampiri Rasya, menyuruhnya kembali duduk. "Lo tenang aja, sekarang semuanya udah aman," ujarnya. "Oh iya, lo ada disana kan waktu Bar-"

"Nat." Yang lain memanggil Nata penuh peringatan.

Mengerti apa yang terjadi, Rasya berkata, "Gue udah tau kok, dia Baraja kan?" Rasya mendapati mereka semua terkejut, tapi tidak dengan laki-laki bermata hijau itu, wajahnya tetap datar. "Dia yang ngasih tau sendiri," lanjut Rasya, merasa ragu.

"Oh... Lo Nadira?" Nata ikut duduk di samping Rasya.

Nadira. Rasya baru mengingat sahabatnya itu, bagaimana keadaannya sekarang, apakah dia baik-baik saja? Pikirnya mulai cemas.

"Bukan." Rasya belum bersuara sama sekali, Reynand yang menjawab Nata. "Dia Rasya."

Sontak Nata mengernyit. Sementara itu mengetahui bahwa semuanya sudah aman, yang lain pergi dari depan ruang operasi itu, memutuskan untuk menunggu diluar agar tidak mencuri perhatian karena bergerombol disana.

Tersisa Reynand, Nata, Dika dan Adrian.

Dika ikut duduk, begitupun Adrian. Sementara Reynand masih berdiri ditempatnya semula, wajahnya tetap datar tapi pikirannya kini tengah dipenuhi segala macam dugaan atas apa yang baru saja terjadi.

BARAJA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang