Rasya's House, Jakarta.
Monday, 24 October 2016.
05.13 AM.
---------------------------------------------Rasya mengerjapkan matanya berkali-kali, memastikan apakah yang ia lihat di depannya ini sekedar ilusi atau nyata.
Darell duduk di depannya, menghadap kearahnya dan terus menatapnya. Anehnya, Rasya tak ingat sejak kapan dan bagaimana bisa laki-laki itu tiba-tiba sudah ada disana.
Ah, mungkin dia mencari Nadira. Setidaknya itulah yang terlintas di benak gadis itu. Ia menengok ke samping, namun Nadira tak ada di tempatnya.
Rasya mengedarkan pandang ke sekeliling, tapi keberadaan sahabatnya itu tak ia temukan, teman-teman sekelasnya sibuk dengan urusan mereka masing-masing, seperti biasa.
Rasya kembali menatap laki-laki di depannya. Sebaiknya ia langsung bertanya saja karena Darell sepertinya tak berniat memulai percakapan. "Lo... Ngapain disini?" Suaranya terdengar ragu.
Tak ada respon apapun dari Darell, Rasya melanjutkan. "Oh, lo nyari Nadira? Kan gue udah bilang, sementara ini jangan maksa ketemu dia du-"
"Gue nggak nyari Nadira," potong laki-laki itu.
Barulah semuanya terasa semakin aneh, kerutan muncul di kening cewek itu. "Terus...?"
"Gue kesini buat ketemu lo, bukan dia."
"Ada apaaan?" Rasya kembali bertanya.
Darell terus menatapnya dengan tatapan yang... sulit dijelaskan, membuat Rasya merasa tidak nyaman.
"Nggak tau, pengen aja."
Rasya melongo, matanya melotot terkejut. Ada apa dengan laki-laki di depannya ini?
Ia baru akan kembali bertanya, tetapi rasa geli di telapak kakinya mengambil alih perhatiannya.
Ia terdiam, mengerjapkan mata beberapa kali dan rasa geli itu semakin jelas. Saat matanya terbuka tak ada lagi Darell di depannya.
"Bangun woi! Lo mau cuti pribadi emangnya?" Suara itu menyentak kesadaran Rasya. Ia sontak terlonjak dan duduk tiba-tiba.
Maniknya mengedar, ruangan yang di dominasi warna ungu muda dan putih itu nampak tak asing. Ketika pandangannya menangkap sosok yang berjongkok di bawah kakinya, Rasya kembali ke dunia nyata.
Ia menghela nafas berat, ternyata hanya mimpi. Pantas saja terasa aneh.
"Tuan putri, jika anda terus termenung disana kereta kencana anda akan segera bertukar menjadi labu." Suara Arzan kembali menggema. "Buruan mandi terus turun ke bawah kalau nggak mau telat sekolah!" sinis laki-laki itu kemudian berlalu keluar dari kamar Rasya.
Rasya memperhatikan kepergian kakaknya itu dalam diam, semuanya terjadi begitu cepat dan kesadarannya belum penuh. Ia masih mencoba mencernanya.
"Oke... Gue mimpi, tapi, mimpi tentang Darell?" gumamnya dengan kening berkerut. Ia mencoba mengingat kembali isi mimpinya. Ini sering kali terjadi pada dirinya, ia ingat jika ia mimpi, tapi kemungkingan ia mengingat keseluruhan dari mimpi itu sangat kecil sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARAJA [NEW VERSION]
Teen FictionBara merasa hidupnya terlalu special jika harus dihabiskan dengan masalah romansa dan segala tetek-bengeknya. Selama ini dia merasa cukup hanya dengan teman-temannya, De Dickens. Tapi hidup selalu punya twist-twist kecil disetiap denting waktu yang...