Bara merasa hidupnya terlalu special jika harus dihabiskan dengan masalah romansa dan segala tetek-bengeknya.
Selama ini dia merasa cukup hanya dengan teman-temannya, De Dickens.
Tapi hidup selalu punya twist-twist kecil disetiap denting waktu yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saturday, 03 December 2016. 11.22 PM. -----------------------------------------------
Bara seperti kehilangan fokus, tubuhnya ada di tempat itu tetapi pikirannya melayang jauh.
Perkataan Nata dan Dika lah yang menjadi penyebabnya, dalam benaknya pertanyaan seperti 'apakah semua ini berlebihan' terus terulang-ulang.
Ya, tentu saja semua yang ia lakukan terlalu berlebihan. Tapi ia sendiri merasa semua ini tepat di waktu yang bersamaan. Seolah, apa yang ia lakukan adalah benar.
Rasya harus aman.
Kalimat itu seperti menjelma menjadi sebuah sumpah Bara kepada dirinya sendiri, bukan lagi pada Arkan, atau pada siapapun.
Dia melakukan semua ini karena ini keinginannya, ia ingin Rasya tetap aman.
Tepukan dengan tempo tak santai di bahu, membuat lamunan Bara buyar. Ia menoleh, menatap tajam orang itu.
Adrian yang melakukannya, sembari duduk di atas motor dan siap pergi dari sana. Dia menunjuk ujung jalan lain, kemudian memberi kode agar Bara segera pergi.
Mengedarkan pandang ke sekeliling, yang lain pun terburu-buru meninggalkan tempat itu. Dan beberapa detik kemudian, suara sirine mobil polisi terdengar di kejauhan.
Bara beranjak, langsung naik ke atas motor dan memakai helm dengan terburu-buru.
"Sialan!"
Apa-apaan semua ini? Balapan mereka memang ilegal, tapi polisi tak pernah mengetahui ini, lokasi balapan selalu berpindah-pindah dan jadwalnya pun tidak tetap.
Jalanan yang mereka pakai juga bukan jalanan yang ramai, walaupun bukan sebuah sirquit. Mereka juga tak pernah menggunakan jalanan yang dekat pemukiman.
Jadi seharusnya mereka tidak merugikan siapapun disini.
Bara memacu motornya dengan kecepatan penuh, suara deru motor bersautan terdengar kencang bersamaan dengan suara sirine polisi yang semakin terdengar jelas.
"Semua ini ulah mereka."
Earpiece menyerupai anting yang ada di telinga Bara berbunyi, tentu suara Rey yang muncul disana.
"Mereka mau apa?"
"Face to face, lokasinyadeketpabrikgula yang lama."
"Kenapa ribet banget dah, kalau pengen ketemu mah langsung aja janjian, ngapa pake drama polisi segala?" Suara lain terdengar, Nata.
"Kita kesana," putus Bara. "Terus pantau yang lain, Rey."
Tak butuh waktu lama, mereka sampai di lokasi. Tetapi tempat itu kosong, pun tak ada penerangan yang cukup.