37. Selesai

1.3K 142 16
                                    

Monday, 05 December 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Monday, 05 December 2016.
04.03 PM.
-----------------------------------------------

Begitu menurunkan Nadira di depan rumahnya, Bara tanpa sepatah katapun pergi dari sana. Tak ingin membuang banyak waktu.

Ia harus kembali ke markas sebelum malam, karena kondisi sialan ini merenggut semua kebebasannya. Sebelum kembali ke markas, ia harus menemui Rasya, memastikan kondisinya baik-baik saja.

Mobil ... itu berhenti di depan rumah Rasya, Bara tak langsung turun, bingung apa yang harus ia katakan pertama kali ketika bertemu dengan Rasya nanti.

"Udah baikan?"

Bara menggeleng, bukan pertanyaan yang tepat.

"Bang Arzan bilang, lo demam..." Bara terdiam, lagi. "Ck, kenapa giliran dibutuhin kayak gini gue malau nggak tau mau ngomong apa?!"

Jadi, dia, Darellio Baraja Kean yang selalu mendominasi percakapan sekarang tengah bingung harus mengatakan apa ketika berhadapan dengan Rasya.

Dia menyugar rambutnya ke belakang. Berpikir, jika ia masih berdiam diri disini maka ia tidak akan kembali ke markas dengan cepat.

Atas dasar itulah, Bara keluar dari mobilnya, melangkah dengan pasti ke arah pintu rumah Rasya walaupun dirinya masih ketar-ketir, bingung harus mengatakan apa.

Tangannya terayun mengetuk pintu, tiga kali, dan suara sahutan terdengar dari dalam.

Ia menunggu, selama itu pula pikirannya berkecamuk. Mengingat semua yang terjadi akhir-akhir ini, sepertinya sudah barang pasti bahwa ia tidak akan bisa terbebas dari masalah ini dengan mudah.

Mereka —musuh-musuhnya— pasti telah mempersiapkan rencana yang sangat complicated untuk menghancurkannya.

"Woi!"

Bara mengerjap, kaget sekaligus baru sadar jika ia sempat melamun. Di hadapannya ada Arzan, berdiri di tengah pintu dengan satu tangan menahan pintu agar terbuka.

"Ditanyain diem aja lo," ujar Arzan. "Ada apaan sore-sore kesini?"

"Gue mau jenguk Rasya."

Arzan memindai keseluruhan tubuh Bara, dari atas ke bawah, seolah mencari cacat dalam diri laki-laki itu. Ketika pandangannya bertabrakan dengan tatapan Bara, ia mengalihkan pandang, menoleh ke belakang.

Seolah tengah memastikan sesuatu sebelum melangkah satu langkah dari pintu dan menutup pintu itu dari luar. Arzan mengajak Bara menjauh dari teras rumahnya.

Begitu ia pastikan posisi mereka cukup aman, Arzan berkacak pinggang, menatap Bara, lagi. "Ada hubungan apa lo sama adik gue?"

Kini, Bara terdiam. Terkejut mendapati pertanyaan semacam itu dari Arzan. Hubungan apa? Ia sendiri tidak tau, apa hubungan diantara dirinya dan Rasya.

BARAJA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang