42. EPILOG

3K 211 455
                                        

Monday, 05 December 2016
01.38 PM.
---------------------------------------------

Dua puluh lima tahun.

Rasya terus menatap sosok yang hanya acuh tak acuh menghadapi banyaknya kamera yang mengarah padanya. Terlihat baik-baik saja, seolah ia berdiri disana bukan sebagai seorang terdakwa.

Rasya menutup kedua matanya dengan kedua tangan. Menahan air mata yang mendesak keluar. Ia lelah menangis, ia tidak bisa lagi menahan perih dimatanya.

Dua puluh lima tahun.

Bisakah dalam jangka waktu itu, Rasya melupakan Bara? Ia tidak tau apa yang akan terjadi besok, lusa, ataupun nanti, tapi sekarang Rasya bisa menjawab dengan yakin jika ia tidak bisa.

Bara membuatnya terikat tali tak kasat mata, menahannya, sama sekali tidak membiarkannya pergi, membuatnya bergantung terlalu besar pada keberadaan laki-laki itu hanya dalam beberapa hari.

Membuatnya menempatkan Bara di tempat paling penting, dan begini kah akhirnya?

Bara masuk ke dalam hidupnya, menempati ruang yang ada disana dengan cepat dan setelahnya pun pergi dengan kecepatan yang sama.

Dan dengan bodohnya, Rasya masih bisa berkata, "Kenapa disaat semua bukti nunjukkin siapa lo yang sebenernya, gue tetep aja nggak percaya?"

Rasya membeku saat tatapan itu mengarah padanya, bertahan selama beberapa detik dan kemudian laki-laki itu menunduk dalam.

Sesak...

Rasya tidak bisa menjelaskan bagaimana nafasnya bisa begitu sesak saat mendapati Bara menunduk seperti itu.

Rasya mengusap pipinya, berbalik badan dan berlari membelah kerumuman di sekitarnya. Tidak bisa bertahan di tempat itu lebih lama lagi, ia tidak bisa.

Brak..

"Eh.., Sorry...sorry.. lo nggak pa-pa, kan?"

Rasya mendongak untuk melihat sosok yang ditabraknya, dan ketika pandangan mereka bertemu, mereka terpaku selama beberapa detik.

"Af.. Rasya?"

Praja yang lebih dulu bersuara. Rasya mengerjapkan mata, berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika yang tengah berdiri di depannya ini benar-benar Praja.

Praja Dirgantara, mantan pacarnya.

Rasya berusaha tersenyum, walau gagal karena terlihat jelas jika terpaksa. "Gue yang harusnya minta maaf, kan gue yang nabrak lo." Rasya mengusap hidungnya dengan punggung tangan. "Lo ngapain disini?"

Praja mengedarkan pandang, mencari seseorang atau mungkin sesuatu, begitu menemukan apa yang ia cari, dia menunjuk arah itu. "Sama mereka. Lo?"

Rasya mengikuti arah yang ditunjuk Praja, matanya terbelalak, bagaimana bisa Praja dan Nata akrab?

Melihat Nata tak sendirian disana, ia yakin De Dickens pun ada disini. Tapi, kenapa hanya Bara yang terjerat masalah, sementara teman-temannya tidak?

Dan.. bukankah Batras -geng motor yang dipimpin Praja- bermusuhan dengan De Dickens?

Pasti ada sesuatu yang terlewatkan disini, Rasya harus tau apa itu.

-oOo-


"Jadi.. dia sengaja?"

Rasya benar-benar terkejut mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, harusnya ia tau, Bara yang selama bertahun-tahun berhasil tidak 'diketahui' bagaimana bisa tertangkap dengan semudah ini.

Setelah menemukan Nata dan De Dickens di depan pengadilan tadi, Rasya memaksa mereka untuk menjelaskan semua yang terjadi secara detail padanya.

Rey -yang menyebalkan seperti biasa- tentu saja menolak, menyuruh Rasya pergi dan melupakan bahwa ia tau banyak tentang De Dickens. Tapi Rasya tetaplah Rasya, dia tidak akan menyerah begitu saja.

BARAJA [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang