Bara merasa hidupnya terlalu special jika harus dihabiskan dengan masalah romansa dan segala tetek-bengeknya.
Selama ini dia merasa cukup hanya dengan teman-temannya, De Dickens.
Tapi hidup selalu punya twist-twist kecil disetiap denting waktu yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Markas De Dickens, Jakarta. Thursday, 03 November 2016. 05.18 PM. ------------------------------------------------
"Gue emang punya bakat jadi photographer."
Senyum puas tercetak di wajah Nata ketika laki-laki itu berhasil mengambil beberapa gambar yang menurutnya bagus.
"Post di ig ah..," ujarnya kemudian.
Dika hanya memperhatikan tanpa berkomentar, sibuk menyulut api untuk batang nikotinnya, menyesapnya dalam-dalam seolah benda itu adalah obat untuk segala rasa sakit di tubuhnya, terasa candu.
Diantara mereka, Milo punya dunianya sendiri. Sejak duduk di sana ia terus sibuk mengotak-atik arlojinya, terkadang bergumam dan tak jarang menggerutu.
"Udeh, buang aja ambil baru," suara Nata terdengar santai, memberi saran untuk Milo.
Pasalnya arloji atau yang biasa mereka sebut Watchphone milik Milo tadi pagi terjatuh dengan keras, sehingga membuat benda itu tak berfungsi sebagaimana mestinya.
"Gue udah nyaman pake yang ini," elak Milo, berdalih seraya terus berusaha membuat benda itu kembali berfungsi.
Nata tak memperdulikannya lagi, fokus memperhatikan ponselnya, membalas semua komentar yang memenuhi kolom komentar postingan terbarunya. Dan seperti sebelumnya, Dika masih sibuk menghisap rokoknya.
Milo mulai menyerah, sepertinya memang ia perlu mengambil Watchphone yang baru. Namun belum sempat ia beranjak untuk melakukannya, benda itu sudah ada di atas meja, bersisihan dengan miliknya yang lama namun dengan model dan warna yang berbeda.
Ia menatap Reynand. "Buat gue?"
Reynand menghempaskan tubuhnya di samping Milo, membentangkan jarak sejauh mungkin dari Dika dan asap rokoknya -karena ia bisa sesak nafas jika menghirup asal rokok- dan menatap Milo datar. "Semua harus siap, gue nggak mau ngambil resiko."
Tak ada yang mengerti seberapa pentingnya benda itu selain Abrisam Reynand. Setiap gerakan mereka, langkah yang akan mereka ambil dan cara mereka saling melindungi satu sama lain, berlangsung melalui benda itu.
Bentuknya seperti arloji pada umumnya, bahkan satu dan lainnya memiliki warna, jenis dan merk yang berbeda. Sengaja agar tidak menarik perhatian ketika dikenakan. Dari sana mereka bisa saling berkomunikasi dan melacak keberadaan anggota yang lain.
Tetapi hanya Reynand yang punya akses lebih untuk benda tersebut, selain Rey benda itu hanya berfungsi sebagai walky-talky.
"Jangan lupa ilangin jejak." Rey memperingatkan saat Milo beranjak pergi dari sana sembari membawa kedua arlojinya.
Laki-laki itu menoleh pada Rey, memberikan hormat seraya berkata, "Siap, Kapten!" Kemudian berniat pergi ke halaman belakang, menghilangkan jejak seperti apa yang Rey perintahkan, memusnahkan arloji lamanya yang telah rusak.