Bara merasa hidupnya terlalu special jika harus dihabiskan dengan masalah romansa dan segala tetek-bengeknya.
Selama ini dia merasa cukup hanya dengan teman-temannya, De Dickens.
Tapi hidup selalu punya twist-twist kecil disetiap denting waktu yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Markas De Dickens, Jakarta. Sunday, 11 September 2016. 00.09 AM. ---------------------------------------------
Dengan santai seorang laki-laki memasuki sebuah bangunan usang yang terlihat menyeramkan dan terletak jauh dari pemukiman penduduk.
Bangunan yang terlihat menyeramkan dari depan itu berbanding terbalik ketika dilihat bagian dalamnya, dinding dipenuhi gravity, berbagai jenis piala mengkilap, beberapa sofa dan sebuah TV mengisi ruangan yang mungkin bisa disebut ruang tamu.
Ada satu lorong yang menghubungkan ruangan besar itu dengan beberapa pintu di kanan-kirinya.
Bara mendudukkan dirinya di sofa seraya menghela nafas, memejamkan mata.
Tak lama kemudian, yang lain datang, duduk disamping Bara dan menatapnya. "Gimana balapan tadi?" tanyanya.
Bara membuka matanya kemudian menatap laki-laki berambut brunette itu, sedetik kemudian ia kembali menutup matanya. "Kayak bisanya," jawabnya singkat.
Beberapa saat kemudian ia kembali membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya, "Oh iya, Rey, besok kasih tau yang lain kalau ada sesuatu yang mencurigakan atau ada barang yang hilang dari sini suruh lapor ke gue langsung. Gue yakin, Praja nggak mungkin iseng masuk ke sini."
Abrisam Reynand, wakil ketua De Dickens yang terkenal irit bicara itu menatap heran teman sekaligus ketua geng-nya. "Praja?" Reynand menatap Bara penuh selidik. "Praja Dirgantara?" tanyanya memastikan.
Bara mengangguk. "Tadi dia kesini waktu gue sama yang lain otw ke arena, tapi hp gue ketinggalan jadi gue harus balik lagi, gue papasan sama dia di persimpangan depan."
"Jadi, lo?"
Melihat ekspresi Bara saat ini, Rey tak membutuhkan jawaban lagi atas pertanyaannya. Beberapa saat yang lalu, ia mendengar berita bahwa ketua Batras itu masuk rumah sakit, dan sekarang ia tau siapa pelakunya.
Bara terkekeh geli. "Cuma luka ringan, belum gue bikin patah tulangnya," ujarnya santai.
Rey nampak menghela nafas berat, merasa tak heran lagi jika Bara lah yang membuat ketua geng musuh bebuyutan De Dickens itu masuk rumah sakit. "Jadi?"
Bara menatap lurus ke depan. "Gue yakin dia udah ngambil atau ninggalin sesuatu disini, apapun itu, kita harus nemuin itu secepatnya."
Reynand hanya mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti. Suasana kembali hening seketika sampai akhirnya dua orang bergabung bersama Bara dan Reynand.
"Bar, poin lo udah banyak. Lo masih mau nambah apa istirahat dulu?" tanya salah seorang diantara kedua orang itu.
"Nggak tau, liat ntar," jawab Bara cuek.
-oOo-
SMA Pattimura, Jakarta. Monday, 12 September 2016 06.40 AM. ---------------------------------------------