Bara merasa hidupnya terlalu special jika harus dihabiskan dengan masalah romansa dan segala tetek-bengeknya.
Selama ini dia merasa cukup hanya dengan teman-temannya, De Dickens.
Tapi hidup selalu punya twist-twist kecil disetiap denting waktu yang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SMA Nusantara, Jakarta. Tuesday, 20 September 2016 03.12 PM. ---------------------------------------------
Rasya berjalan dengan tergesa-gesa menyusuri koridor menuju kelasnya. Raut wajahnya kini tidak dapat dikatakan ramah sama sekali dengan bibir mengerucut kesal dan sesekali menggerutu.
"Waits..."
Bahu Rasya di tahan seseorang yang berjalan dari arah berlawanan darinya.
"Lo ngapain berdiri di tengah pintu sih, Fik?!" sewot Rasya.
"Aturannya, gue lah yang marah! Kenapa jadi lo?" Fikri protes. "Gue mau pulang, jelas lah kalau keluar lewat pintu. Sekarang gue tanya, lo dari mana?"
"Di hukum."
"Kok bisa?"
"Panjang ceritanya."
"Pendekin."
Rasya menghela nafas. "Ntar aja lah, minggir dulu gue mau ngambil tas!" Fikri menyingkir.
"Lo ngapain emang, kok bisa sampek dihukum?" Cecar Fikri di sepanjang koridor.
"Nggak tau lah, jangan banyak tanya, gue pusing!" Rasya berjalan cepat mendahului Fikri.
Sudah kesal, malah di introgasi.
"Mau seblak nggak?"
Rasya berhenti, kemudian menatap Fikri dengan mata berbinar.
-oOo-
KedaiAseblaku, Jakarta.
Tuesday, 20 September 2016. 03.45 PM. ---------------------------------------------
Rasya menepikan mangkuk seblaknya. Tangannya saling bertautan di atas meja, matanya menatap Fikri. Dalam satu tarikan nafas, dia menceritakan detail kesialannya bertemu laki-laki yang bernama Darell itu.
"Jadi lo selama tiga jam pelajaran ada di gudang?"
"Mm... nggak juga, tadi tuh..."
Rasya berkacakpinggang dengan netramemindaikeseluruhan dari ruangan itu. Untuk ukurangudang, ruangan ini tak terlaluburuk.
Bahkan untuk sesaat, Rasya merasa, setiapharinya ada orang yang berkunjungkesini.