- 33 -

484 74 13
                                    

"Oliver, lihat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oliver, lihat ini. Bisa kau tebak aku membuat apa?"

Oliver hanya melirik sejenak kearahku lalu kembali fokus pada mainan di tangannya.

Oliver saja mulai bosan denganku, mungkin sebentar lagi Owen juga. Terutama setelah mengobrol dengan Rachel. Sudah 1 jam lebih mereka berbicara di bawah, entah apa yang dibicarakannya, aku tidak dapat mendengarnya dari sini.

Tunggu, apa aku menguping saja ya? Agar aku bisa bersiap dan menguatkan hati jika mereka memutuskan untuk kembali.

Aku menghela nafas sambil menidurkan diriku di lantai, merasakan sedikit rasa sakit di perutku kareta bagian kulitnya tertarik.

"Hei, aku pikir kau dibawah. Ayah mengobrol dengan siapa di bawah?" Olivia memasuki kamar Oliver dan duduk di atas kasur.

"Hmm, itu... Aku rasa itu ibumu"

Olivia tertawa, lalu berhenti saat aku tidak ikut tertawa, "Kau serius ya?"

Aku menjawab dengan anggukan dan seketika anak gadis itu pergi berlari keluar kamar dan langsung menuju ke bawah. Aku diam sejenak, sambil menajamkan indera pendengaranku, berusaha menangkap yang terjadi di bawah. Tapi sangat sunyi senyap sampai tiba tiba aku mendengar Olivia berteriak di bawah.

"Apa yang kau lakukan disini? Pergi dari sini, pergi! Ayah usir ia dari sini, aku tidak mau melihatnya"

Aku bisa mendengar teriakan Olivia, begitu pun Oliver. Mendengar kakaknya berteriak, anak lelaki itu langsung mencari sumber suara.

"Oliver! Tunggu, sial..." ujarku menggerutu sambil berusaja bangkot sambil menahan rasa sakit di perutku. Aku mengejar Oliver ke tangga, sesampainya di bawah, anak lelaki itu bingung dengan apa yang terjadi.

"Oliver, kemari lah sayang... Aku ibumu" ujar Rachel yang duduk di sofa tamu, wajahnya memerah dan pipinya basah oleh air mata.

Di sudut lain, Owen tengah menenangkan anak gadisnya, ia memeluk Olivia yang tengah menangis.

"Ayah, wanita itu meninggalkan kita. Mengapa ayah mengizinkannya masuk?" Olivia mengatakan itu dengan suara sengau dan tangisan yang menusuk hati.

Di sebrangnya, suara tangis Rachel terdengar sama menyakitkannya. "Maafkan Mama Olivia, mama salah, mohon maafkan mama"

Aku merasakan tanganku ditarik, aku menoleh ke bawah dan melihat mata hijau yang tampak kebingungan, "Allegra, wanita itu ibuku?"

Aku mengangguk, "Ya, itu ibumu."

Rachel lalu bangkit dan mendekati Oliver, "Oliver sayang, ini mama. Ayo peluk mama sayang... Ayo nak"

Rachel terus mendekat sampai tangannya meraih tangan kecil Oliver, aku bisa melihat bocah itu sangat bingung dan menolak digenggam.

Aku pun bingung, aku tidak tau harus bersikap bagaimana. Jika aku menahan Oliver, itu tidak adil bagi Rachel, ia ibunya. Jika aku tidak menahan Oliver pun, kasihan. Anak ini kebingungan sekali. Akhirnya aku hanya diam dan menunggu respon Oliver.

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang