- 10 -

736 83 10
                                    

Aku memandangi Allegra yang tampak sangat menikmati lasagnanya. Satu jam yang lalu tiba tiba saja wajahnya pucat, aku langsung membawanya ke brankar dan perawat memberikannya infus. Sekarang kami tengah menikmati makan malam yang lebih awal di restauran Italia dekat Rumah Sakit sambil menunggu Dokter mengizinkan kami bertemu Rebecca.

"Ada apa?" tanyanya saat menangkapku tengah memandanginya makan. Ia menahan senyumnya saat menatapku.

Aku menggeleng "Tidak ada, kau tampak kelaparan. Kau tidak makan siang?"

Allegra tersenyum kecil "Aku agak lupa waktu hari ini" ia meneguk air mineralnya "Kau tau, kau bisa pulang saja. Aku akan menemani Rebecca disini. Kau tidak mungkin menginterogasinya langsung malam ini bukan?"

Aku mengangguk "Yeah, mungkin besok"

"Aku tidak keberatan jika kau pulang, sungguh..."

Aku tersenyum "Tidak apa apa, aku akan mengantarmu pulang nanti" kataku santai.

Wanita itu tampak menghela nafas, ia menatapku dengan tatapan memelas, "Owen, aku tidak bisa menerima perhatian seperti ini"

Aku mengerutkan kening "Seperti apa?"

Ia menatap ke arahku dengan mata coklat kecilnya "Kau laki laki yang sudah menikah Owen, aku tak mengenal istrimu. Kau tak bisa sembarangan mengantarku pulang"

Oh, jadi selama ini ia berpikir aku sudah menikah? Ya, secara tehnis memang aku masih menikah, karena belum menceraikan Rachel.

Tak lama ponselku berbunyi, aku mengangkatnya "Yes, Olivia?... Tidak, aku tidak makan malam dirumah hari ini... Aku ada latihan thaiboxing dengan Alex... Yeah, ini aku sedang makan dengan Allegra... Okay... I love you, bye..." Aku menatap wajah Allegra yang kaget saat mendengar aku mengatakan sedang makan bersamanya pada anakku. "Olivia titip salam untukmu..."

"Owen, aku-"

"Istriku pergi dari rumah 5 tahun lalu..." potongku cepat. Wajah Allegra yang sebelumnya merasa tidak nyaman berubah menjadi kaget. Matanya terbelalak dan bibirnya terbuka sedikit. Membuatku membayangkan hal hal tidak sopan yang ingin aku lakukan dengan bibir itu.

"Apa?" tanyanya bingung sambil berkedip.

"5 tahun lalu Rachel, istriku, pergi dari rumah. Tiba tiba saja, ia hanya meninggalkan catatan pendek berisi permintaan maaf"

"Maaf, aku tidak tau. Aku hanya khawatir aku mengganggu hubunganmu"

"Tidak apa apa, aku juga salah karena tak pernah cerita padamu, jadi wajar kau salah paham"

"Ia mengatakan alasannya pergi?"

Aku menggeleng "Tapi aku berasumsi karena ia tak sanggup mengurus Oliver. Kami sering berdebat karena itu"

"Maaf, kau malah jadi bercerita hal pribadi seperti ini padaku. Oh..." ia menutup wajahnya dengan tangannya. Ia pasti malu sekali karena pipinya terlihat memerah.

"Sudahlah, itu sudah lama sekali. Aku harusnya berterimakasih karena jika kita tidak membahas ini, aku akan lupa bahwa statusku memang masih menikah. Aku harus segera melegalkan perpisahan ini"

"Aku turut berduka" katanya cepat.

Aku tersenyum "Aku tidak" aku meneguk air minumku "Aku tau, mengurus Oliver sangatlah sulit. Tapi kabur bukanlah pilihan"

Allegra mengangguk.

"Jadi mulai sekarang, jika aku mengajakmu makan diluar kau tak perlu khawatir lagi okay?"

Ia tersenyum lega dan mengangguk. "Kau sudah selesai? Kita sebaiknya kembali ke dalam dan mengecek Rebecca"

"Ya, tentu. Biar aku bayar makanannya dulu" aku bangkit dari kursi dan menuju kasir. Saat aku membalikkan badan Allegra sudah menunggu di luar restoran sambil memegang ponsel kuno, aku tidak tau masih ada orang yang menggunakan itu. Tapi dari arah pandangku, fokusku adalah kaki Allegra yang ditopang sepatu combat boots coklat. Aku tak pernah melihat seseorang bisa seseksi ini mengenakan combat boots. Dari kakinya aku menatap ke atas menuju pinggulnya, lalu pinggangnya, lekukkan punggungnya sampai ke lehernya yang mengintip dari balik rambut hitamnya.

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang