- 18 -

609 76 2
                                    

"It can't be her

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"It can't be her..."

"Who?" tanya Alex cepat

Kelab malam ini memang gelap, tapi tidak cukup gelap untuk menutupi senyum manis dan polos yang sangat aku suka itu. Kali ini senyum itu dilapisi lipstik berwarna terang, pakaiannya pun sangat terbuka dibanding yang biasanya, sangat terbuka sampai setiap lekuk tubuhnya bisa terlihat jelas dari jarak 5 meter di tengah lautan manusia yang bergerak menikmati lagu. Mataku terus mengikuti gerakan gemulai tubuhnya.

"Is that-"

"Allegra..." jawabku hampir tak mempercayai apa yang kulihat.

Allegra mengenakan pakaian yang berkilauan, sebuah mini dress dengan bagian belakang yang ditali sehingga dress tersebut melekuk ketat di tubuhnya. Payudaranya bergerak setiap kali ia menghentakan tubuhnya mengikuti musik seirama dengan goyangan pinggulnya. Rambut panjangnya yang biasanya hanya dijepit setengah ke belakang kini terlihat keriting bergelombang menggairahkan dan membuatku ingin menenggelamkan wajahku disana. Menghirup aroma mawar yang selalu muncul tiap kali aku berdekatan dengannya.

"Itu benar benar Allegra? Damn... Check out the rack of that woman..."

Aku langsung menembakkan tatapan tajam pada Alex. Sial, bagaimana aku bisa menemuinya besok dan bersikap biasa setelah melihatnya berpakaian seperti itu? Penisku berkedut setiap kali memandangi lekukan tubuhnya yang tampak berkilauan dibawah lampu sorot.

"Apa? Kau bukan kekasihnya, kau tidak bisa marah"

Yeah, Alex ada benarnya. Dengan kesal aku meneguk habis birku dan terus menatap Allegra. Ia kini diam tak lagi bergerak mengikuti irama lagu, wajahnya kaku dengan ekspresi gelisah saat seseorang mendekatinya.

"Bukankah itu Sebastian? Lelaki yang berjas putih itu?"

Benar, itu Sebastian. Tunggu...

"Apa itu artinya Allegra mengenal Sebastian?" tanya Alex lagi, terdengar tak sabar.

"Entahlah aku rasa tidak mungkin. Gadis itu menghabiskan setengah hidupnya di Panti"

"Kau sudah mengeceknya?"

Aku menoleh kearah Alex, belum memang. Tapi rasanya tidak mungkin gadis baik baik seperti Allegra mengenal Sebastian. Jika memang mereka kenal ada urusan apa antara mereka?

Saat aku menatap keduanya lagi, mereka sudah di tangga menuju lantai atas.

Haruskah aku mengikutinya?

Tunggu, Sebastian tengah lengah, aku sebaiknya memanfaatkan situasi ini.

"Aku mau melihat lihat ke belakang" kataku pelan sambil menghabiskan birku dan berjalan melewati kerumunan menuju lorong sempit. Musik perlahan semakin pelan terdengar saat aku berjalan semakin dalam, sampai aku mendengar suara di pojokan.

"Hush, tenanglah... Kau tak perlu menangis. Aku akan membantumu"

"Benarkah?"

"Yeah, berikan aku nomor ponselmu. Kita bertemu besok"

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang