- 6 -

785 99 0
                                    

"Oh, Hardy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh, Hardy... Please harder..."

Aku menggerakkan pinggulku lebih cepat, membuat Sarah yang duduk dan bertumpu di pinggir meja mendesah lebih kencang. Aku menutup mataku sambil menikmati bagian tubuh kami yang bergesekkan. Saat aku membuka mata dan melihat bibir merah Sarah, nafsuku mendadak turun. Entahlah... Sebelumnya aku tidak pernah bermasalah dengan lipstik yang digunakan Rachel, bahkan dalam kondisi berantakan pun Rachel selalu membuatku horny. Tapi Sarah yang menyelaraskan warna lipstik, pewarna kuku dan warna lingerienya malah membuat libidoku turun.

Shit, apa aku terkena gangguan ereksi?

"Ahhh... I'm coming, ah... Owen..." Sarah mengecupku pelan dan menjatuhkan diri di meja. Aku melepas kondomku yang kosong dan menaikkan celanaku, percuma melanjutkannya. Nampaknya aku agak terdistraksi malam ini.

"Kau mau mampir ke tempatku?"

Aku dengan cepat membereskan mejaku lalu melirik jam tanganku "Tidak bisa, aku janji makan malam dengan keluargaku" Dan aku sudah terlambat. Aku mengecek kembali pakaianku yang sudah berantakan karena diremas Sarah dan menenteng tasku. Lalu kami keluar ruangan bersama.

"Baiklah, detektif. Aku akan menginformasiksn kembali perkembangannya" Ujar Sarah sambil mengedipkan matanya sebelah.

Sial, aku harus berhenti melakukan ini, aku tidak mau sampai kena peringatan karena melakukan hal yang tidak senonoh di kantor.

Pull your shit together, Owen.

Satu jam kemudian aku tiba dirumah. Aku belum menginjakkan kaki di bangunan itu tapi sudah bisa mendengar Oliver berteriak teriak dari dalam rumah. Aku membuka pintu dan teriakannya semakin jelas. Olivia  berdiri di dekat dapur, sementara ibuku berdiri dekat meja, menyiapkan makanan untuk Oliver.

"Aku, mau makan... Mau makan!" teriaknya. Ibuku mendekati meja makan dan memberikan makanannya pada Oliver. Seketika teriakannya berhenti.

Aku hendak melangkah ke arah anak perempuanku, tapi ia sudah menoleh ke arahku duluan dengan mata merah.

"Ayah janji akan pulang tepat waktu untuk makan bersama"

"Ayah tau, maaf-"

Belum selesai aku mengatakan permohonan maaf anak perempuanku sudah berlari ke tangga dan meninggalkanku. Aku berjalan ke meja makan dan menatap Oliver yang makan dengan lahap. Butuh berbulan bulan mengajarinya cara makan dengan baik.

"Olivia berusaha menenangkan adiknya saat ia meminta makan. Gadis itu ingin makan bersama..."

Oh, sial...

Jika aku tidak terbuai oleh Sarah aku sudah dirumah sejak tadi. Aku menatap ibuku yang sudah tua dan tampak kelelahan.

"Ibu makan saja duluan, aku akan bicara dengan Olivia" aku bangkit dan menaiki tangga, lalu berbelok ke pintu berwarna biru muda dengan hiasan di pintu. Aku mengetuknya "Boleh aku masuk?"

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang