- 17 -

622 71 9
                                    

Aku tengah membongkar tas berisi flash card saat Marcia turun dari tangga, tampak segar dan tersenyum kearahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tengah membongkar tas berisi flash card saat Marcia turun dari tangga, tampak segar dan tersenyum kearahku. Kami pun bertukar sapa "Selamat Pagi..."

"Kopi?" tanya Marcia

Aku menggeleng "Tidak, Terima kasih. Kopi membuatku gelisah "

"Oh," katanya kaget "Owen tidak bisa melewati hari tanpa kopi" ujarnya sambil mengisi gelas dengan bubuk kopi

"Aku akan mengingatnya. Jam berapa biasanya Oliver bangun?"

"Entahlah, sesukanya saja"

"Oh, boleh aku membangunkannya? Agar ia bisa membangun kebiasaannya, itu bagus untuk..."

Aku berhenti saat mendengar Marcia tertawa "Tentu Ale, lakukan saja pekerjaanmu. Kau tau kan kamarnya?"

Aku mengangguk dan menaiki tangga. Oliver bersama Marcia, Olivia yang sudah dewasa memilih tidur di kamar yang terpisah dan Owen tentu saja memiliki kamarnya sendiri. Dari tangga aku bisa mendengar musik dari kamar Olivia, aku berjalan terus ke kamar satunya dan melihat Oliver masih tidur. Aku berjalan memasuki kamarnya dan berlutut di dekat kasurnya.

Ini hari ketiga aku dan Oliver bersama, selama dua hari kemarin ia menunjukkan sikap baiknya meski sesekali masih mengabaikanku.

"Oliver... Oliver... Ini sudah waktunya kau bangun"

Ia menggeram, membuka matanya tapi memunggungiku.

"Aku akan membereskan mainanmu okay..." kataku cepat sambil memasukkan mainan mininya ke boks "Nenekmu dibawah sedang menyiapkan sarapan. Kau mau sarapan apa hari ini?" tanyaku mencoba mengajaknya bicara.

"Sereal..." ujarnya pelan dan bangkit dari kasur.

Aku menatapnya menjauh dan melanjutkan membereskan kamarnya. Jika kau tidak tau Oliver mengidap asperger, kau hanya akan melihat ia sebagai anak yang tak acuh, atau mungkin kau berpikir ia membencimu. Padahal ia hanya belum terbiasa dengan kontak mata.

Setelah selesai membereskan mainan di pojok kamar aku berjalan ke pintu dan malah bertabrakan dengan Owen yang melewati lorong. Tampak segar dengan sabun beraroma mint yang terpadu sempurna dengan aroma parfumnya.

"Oop, maaf Ale. Aku baru akan membangunkan Oliver" ia memegangi sikutku karena aku hampir jatuh setelah bertabrakan dengannya

"Dia sudah dibawah"

"Benarkah?" ia memajukan kepalanya mengintip ke dalam kamar, aku mundur sedikit karena kepala kami hampir berbenturan. "Waw, kau benar benar hebat" ujarnya menarik dirinya kembali, tapi kami masih berdiri terlalu dekat karena aku bisa melihat keriput di bawah matanya. Keriput itu tidak mengurangi ketampanannya, justru menjadi daya tariknya sebagai pria yang matang.

"Tidak, Oliver memang berkembang pesat"

"Yeah, berkat kau" Owen mengucapkannya sambil menatapku dengan mata hijaunya, membuat setiap sel di dalam otakku seakan berhenti dan aku mengalami korsleting.

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang