- 19 -

555 78 6
                                    

"Tangkap!" teriakku saat menendang bola ke arah Oliver

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangkap!" teriakku saat menendang bola ke arah Oliver. Oliver mengejar bola dan menangkapnya "Yeay... Hebat sekali."

Kami tengah bermain di halaman rumah sore itu. Beberapa hari yang lalu, aku sempat mengajak Oliver melihat Olivia berlatih dan sejak hari itu ia terus menerus mengajakku bermain bola.

Ngomong ngomong soal Olivia, aku belum membicarakan dengannya lagi soal insiden dimana Owen bercanda dan memelukku. Aku butuh waktu berdua dan anak gadis itu sangat sibuk, ia sangat aktif. Latihan sepak bola, pertandingan, kelompok belajar bahkan bekerja sosial seminggu sekali yang menurutnya akan tampak sangat bagus di resume-nya. Dan meski tidak ada perubahan pada sikap Olivia, tapi aku sangat khawatir itu membuatnya tidak nyaman.

Saat aku tengah bermain bola, berlarian mengejar dengan Oliver, sebuah mobil mendekat. Olivia turun dari mobil, tiga orang gadis yang berada di mobil melambai pada Oliver sambil memanggil namanya. Aku merangkul Oliver dan mengajaknya melambaikan tangan pada par gadis di dalam mobil.

"Hai Oliver!"

"Bye Oliver"

"Kita akan bermain bola bersama kapan kapan"

Lalu mobil itu berlalu, Olivia berjalan sambil menenteng tas olahraga besarnya dan tas sekolahnya. Ia menjatuhkan diri di rumput tebal sambil menghela nafas.

"Olivia, ayo kita bermain bola" ajak Oliver

Olivia menggeram pelan sambil tersenyum "Bagaimana jika kita bermain akhir pekan saja? Pagi... Itu jadwal kita ya kan?"

"Okay, aku mau makan camilan saja" ujar Oliver sambil berlari ke dalam rumah.

"Oliver, cuci tanganmu" teriakku saat melihat anak lelaki itu berlari memasuki rumah.

Aku meraih bola dan menatap Olivia yang kini merebahkan diri di atas rumput sambil menatap langit biru dengan semburat oranye di sudut horison. Aku mengintip ke dalam rumah dan melihat Oliver berdiri di dekat wastafel lalu duduk di meja makan bersama neneknya. Aku lalu duduk di samping Olivia sambil memangku bola. Ia menutup matanya dengan mulut sedikit terbuka, wajahnya tampak lelah tapi moodnya bagus.

Okay, sepertinya ini waktu yang bagus untuk bicara dengannya.

"Olivia, kita belum sempat mengobrol setelah insiden..." Aku menarik nafas, aku tidak menyangka mengatakan ini akan sangat memalukan "... Ayahmu memelukku beberapa hari yang lalu"

Olivia tertawa "Yeah..." ia membuka matanya sebelah sambil melirikku.

"Aku mau minta maaf jika itu membuatmu tidak nyaman. Aku seharusnya tidak bercanda seperti itu, kami... Seharusnya tidak bercanda seperti itu..."

Olivia lalu membuka kedua matanya dan melirikku, mata hijaunya berkilauan karena mengarah ke langit. Ia bangkit dan langsung duduk kearahku "Apa kau merasa tidak nyaman saat ayahku melakukan itu padamu?" ia memajukan tubuhnya seakan mencari cari jawaban lewat mataku.

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang