- 14 -

602 82 4
                                    

"Nenek, apa kau sudah berbicara dengan Allegra soal menjadi pengasuh Oliver?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nenek, apa kau sudah berbicara dengan Allegra soal menjadi pengasuh Oliver?"

"Sudah sayang, aku sudah bertemu kepala Panti itu. Ia akan mencoba mengusahakannya"

Aku meneguk kopiku dalam diam, berdiri dekat wastafel, memilih tidak bergabung dengan Olivia atau ibuku karena tidak mau ikut membahas itu. Beberapa malam lalu aku  berniat menemui Allegra untuk meyakinkannya agar menerima pekerjaan di rumahku, ya mungkin sekalian makan malam berdua. Alih alih menemuinya aku malah melihat ia bergandengan dengan seorang laki laki. Keduanya memasuki bangunan yang aku asumsikan apartemen Allegra.

Sial, aku harusnya tau gadis sebaik ia pasti sudah memiliki kekasih.

"Ayah, coba bantu bicara pada Allegra aku mohon. Aku tak keberatan jika ayah bekerja setiap malam, pulang lembur. Asalkan ada Allegra disini" ujar Olivia.

Sejujurnya, jika Allegra ada disini aku akan pulang sangat tepat waktu. Akan menyenangkan sekali memandangi wajah manis itu setelah lelah bekerja seharian.

"Ayah..." panggil Olivia lagi.

Aku membalikkan badan dan mengecup kening ibuku "Aku pergi dulu mama, Olivia ayo jalan..."

Aku bisa melihat Olivia menekuk wajahnya karena aku tak merespon kalimatnya. Kami berkendara dalam diam, satu satunya suara disana adalah suara dari penyiar yang terdengar dari speaker.

"Ayah, aku pikir ayah menyukai Allegra. Ia juga terlihat memahami Oliver"

Aku memarkir mobil di trotoar dekat bangunan sekolahnya. Aku menatap anakku yang mulai dewasa. "Olivia, sayang... Banyak pertimbangan yang harus aku pikirkan sebelum meminta Allegra kerumah. Akan lebih mudah jika kita meminta orang yang tidak kita kenal untuk menjaga Oliver"

"Kenapa? Oliver menyukai Allegra. Nenek juga pernah bertemu, ia merasa bisa mempercayai Allegra"

"Sayang, ayah tidak mau kau terlalu terikat dengan Allegra"

"Kenapa?"

"Aku tidak mau kau merasa terluka jika suatu hari nanti ia harus meninggalkan rumah."

Olivia diam lama "Tapi aku menyukai Allegra"

Aku juga nak, sungguh. Aku bahkan membayangkan hal hal menyenangkan lain yang mungkin bisa kita lakukan bersama.

"Kita bicarakan dengan nenek pelan pelan nanti ya"

Olivia tidak menjawab, kami berpelukan, bertukar ciuman lalu ia pamit. Melihat wajah  kecewa seperti tadi itu saja sudah membuatku ikutan sedih, aku tidak bisa membayangkan jika suatu hari Olivia dan Oliver harus merasa sedih karena harus merelakan Allegra pergi.

Setibanya aku di kantor, aku langsung bertemu Alex. Kami duduk berhadapan, aku menggelar peta di meja. Lalu menandai sebuah titik dengan spidol merah

"Selama 8 tahun terakhir ada sekitar 59 kasus orang hilang karena diculik di sekitar area ini..."

"Aku akan minta laporan orang hilang dengan petugas disana" ujar Alex cepat.

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang