- 38 -

1.4K 96 46
                                    

Aku meremas kemudi mobilku sambil menahan agar kakiku tidak menekan pedal gas terlalu dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku meremas kemudi mobilku sambil menahan agar kakiku tidak menekan pedal gas terlalu dalam. Saat emosiku hampir meledak, lampu lalu lintas berubah merah. Aku menekan pedal kopling dalam - dalam dan langsung menutup mataku. Wajah merah Allegra yang menahan tangis langsung muncul dalam bayanganku.

Aku sungguh tidak mengerti apa yang Allegra inginkan, bukankah seharusnya disini aku yang marah? Ia yang menghabiskan malam bersama lelaki lain, bukan aku. Dan meski Rachel dan aku tinggal di bawah atap yang sama, kami sudah meluruskan keadaan.

Aku menghela nafas lalu membuka mata, lampu kini sudah berubah hijau. Aku terus membawa mobilku lurus di jalanan itu.

Lalu seketika mataku melihat sebuah kedai kopi yang sedang naik daun. Aku menyalakan lampu tanda berbelok dan memarkir mobilku di sisi jalan.

Aku bukan tipe orang yang suka pergi ke kedai kopi untuk bersantai, tapi rasanya pulang kerumah dengan emosi mendidih begini tidak akan baik. Aku butuh tempat sepi untuk menenangkan diri.

10 menit kemudian aku sudah duduk di salah satu meja dengan 2 kursi, ditemani secangkir kopi hitam dan makanan yang pelayan tadi sebut sebagai Croffle, perpaduan antara Croissant dan Waffle. Aku duduk sambil menyilangkan kaki dan menatap kue manis yang dihias es krim dan saus strawberry itu. Bertanya - tanya, mengapa aku memesan itu, makanan ini terlihat aneh bagiku. Meskipun tidak dapat mengalahkan anehnya kemarahan Allegra padaku yang menurutku aneh. Tidak biasanya Allegra bersikap begini.

Apa aku harus mengusir Rachel? Well, bisa saja. Tapi Rachel sedang memperbaiki hubungannya dengan anak - anak, dan itu sangat penting bagiku.

Aku mengeluarkan ponselku dan mencoba menghubungi Allegra lagi, hanya nada sambung yang kudengar sampai sambungannya terputus.

"Detektif Hardy."

Aku menoleh dari ponselku dan melihat lelaki muda, berdiri tegak meski dibantu tongkat penyangga dan berpakaian sangat modis. Ia lebih cocok duduk berdampingan dengan Croffle ini dibandingkan aku yang hanya mengenakan celana jeans yang warnanya mulai pudar dan blouson.

"Lukas, bagaimana keadaanmu?" tanyaku cepat sambil bangkit dan mengulurkan tangan pada lelaki yang menghabiskan malam dengan perempuanku.

Lukas menyambut jabatan tanganku, "Pernah lebih baik dari ini"

"Kau bekerja?" Tanyaku sambil menatap berkas yang ia pegang di tangan satunya.

"Tidak, hanya menyerahkan beberapa tugas. Aku akan kembali ke Swiss malam ini"

"Malam ini? Bukankah kau baru tiba kemarin?"

Lukas mengangguk, "Zurich suits me well, and..." Ucapnya terpotong, "I also asked Allegra to come with me"

"Apa?" ucapku kaget.

Lukas tersenyum, "Sampai bertemu lagi Detektif" Lukas pun berlalu pergi.

Sementara aku berusaha bersikap biasa dengan kembali duduk dan meneguk kopi hitam yang ternyata pahitnya tidak menggangguku sama sekali.

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang