- 20 -

588 73 4
                                    

"Karena ini keputusan penting, jadi untuk mempermudah pilihan, aku membuat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena ini keputusan penting, jadi untuk mempermudah pilihan, aku membuat ini..." Allegra mengulurkan kertas dengan tulisan tangan yang rapih dan sangat mudah dibaca.

Kami tengah membahas sekolah untuk Oliver, ia membuat perbandingan ketiga calon sekolah Oliver dan menjabarkan kekurangan dan kelebihannya satu sama lain. Aku membacanya perlahan sambil menatap Allegra yang bicara di sampingku

"Kau kemarin bertanya pendapatku kan? Aku setuju Oliver bersekolah di St. Jude. Aku suka bagaimana mereka fokus pada kelebihan setiap anak, anak anak tidak dipaksa mengikuti kurikulum tertentu dan... Aku suka cara mereka menyiapkan latihan khusus, seperti latihan kemampuan sosial, terapi bicara dan bahasa..."

Aku mengangguk angguk mendengarkan Allegra bicara. Sesungguhnya aku tidak memahami sepenuhnya apa yang ia katakan, aku hanya fokus pada mata dan bagaimana bibirnya bergerak saat bicara. Belum lagi aroma mawar yang sangat lembut tapi segar ini, sungguh mengalihkan perhatian.

"... Oh ya, satu lagi. Biayanya tidak terlalu mahal..."

"Tapi jaraknya jauh dari rumah"

"Hanya dua kilometer dari kantormu..." ujarnya sambil mengernyitkan hidung "Bisa kita pindah ke sofa saja, punggungku agak pegal mengajak Oliver bermain bola hari ini..."

"Berapa umurmu? 60 tahun?" ledekku cepat.

"Owen..." Ujarnya cepat, menyenandungkan namaku karena aku meledeknya. Allegra memukul pelan lenganku dengan kepalan tangannya.

Allegra berjalan kearah sofa dan duduk di lantai, sambil meluruskan kakinya dan bersender ke sofa. Ia meregangkan kedua tangannya ke atas sambil mengeluarkan suara mengerang yang terdengar seperti desahan di kupingku.

"Bagaimana menurutmu?"

"Well..." aku tidak bisa membaca semuanya. Terlali detil dan malah membuatku pusing. Bukannya aku tidak menghargai usaha Allegra. Hanya saja bagiku aku tidak keberatan membayar sekolah mahal untuk Oliver, aku ingin yang terbaik untuk anak anakku. "Pilihannya antara St. Jude atau Sekolah pertama yang kita kunjungi waktu itu..."

"Ashcroft School"

"Ya, itu..." aku menatap Allegra yang dengan santai memakan kripik kentangnya. Mataku tak dapat berpaling dari gerakan mulutnya, bagaimana ia mengeluarkan sedikit lidahnya saat memasukkan kripik ke mulutnya.

Sial, menatapnya makan kripik saja membuatku terangsang.

"Ashcroft punya tim konselling khusus ya kan? Menurutku itu nilai lebih."

"Yeah benar, aku sudah memikirkan itu. Jika kau atau keluargamu butuh konselling aku bisa memperkenalkanmu pada temanku. Heather, ingat? Yang kau temui di Panti, ia psikolog khusus anak. Dan jika aku menambahkan biaya konselling, tidak akan melebihi dari yang kau keluarkan untuk Ashcroft"

Aku tersenyum menatap Allegra yang begitu antusias. "Tampaknya kau sudah mempertinbangkan semuanya ya"

"Maaf... Aku tidak bermaksud memaksakan pendapatku" ujarnya sambil menyelipkan rambut ke balik kupingnya dan tersenyum malu. "Hanya saja, kau punya anak remaja yang akan kuliah, kau punya kebutuhan rumah tangga dan kau masih ngotot tidak mau menurunkan gajiku"

IntertwinedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang