Saat Allegra Martinez yang bekerja sebagai wanita panggilan bertemu Oliver dan Olivia, ia tak menyangka akan menerima banyak kejutan. Termasuk kejutan yang muncul dalam bentuk lelaki sopan, matang dan ternyata ayah dari kedua anak itu.
Owen Hardy te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Yeah, pertandingannya biasa saja. Tapi gol di menit menit terakhir itu sangat dramatis. Aku sendiri tidak mau berharap banyak. Aku hanya menendang bola itu dengan tendangan jauh dan disambut temanku dengan sundulan" Olivia tengah menceritakan pertandingan yang terjadi seminggu lalu. Ia menceritakannya dengan nada yang antusias, aku bisa mendengarnya dari jarak dua meter.
Aku meletakkan nampan berisi pesanan kami di meja dan duduk disamping Allegra. Aku menatapnya kikuk, khawatir ia canggung karena duduk disamping orang asing yang baru ditemuinya. Tapi ia tersenyum lebar dan ia memiliki senyum yang manis dan menular. Untungnya anak tertuaku tidak menangkap kecanggungan kami, karena akan sangat aneh jika ia melihatnya.
"Jadi, kau suka sepak bola juga?" tanyaku basa basi sambil membuka bungkus kertas burgerku. Allegra yang tengah menggigit burgernya mengangguk dan mengelap sisa saus di bibirnya dengan ibu jarinya lalu memasukkan ke mulutnya. Menghisap ibu jarinya sendiri.
Damn, look at that luscious lips.
"Maaf..." katanya sambil menelan gigitan burger yang selesai dikunyahnya "Yeah, aku setengah latin jadi itu semacam kewajiban. Tidak sejago Olivia yang pasti" katanya sambil tertawa. Dan suara tawanya begitu renyah, aku ikut tertawa hanya dengan mendengar suara tawanya.
"Anak anakmu juga suka?" tanya Olivia cepat.
"Anak?" tanya Allegra balik, dengan wakah bingung.
"Yeah, tadi kau bilang-"
"Oh, itu anak bukan dalam artian anak kandungku. Aku bekerja di Panti Asuhan dan aku terbiasa memanggil mereka anak anakku" katanya cepat.
Itu artinya dia single? "Panti dekat stasiun akhir bis?" tanyaku lagi.
"Ya, betul..."
"Kau guru disana?" tanya Olivia lagi.
"Yeaah, semacamnya." balasku lagi.
"Olivia berharap bisa menjadi guru suatu hari nanti" Ujarku
"Itu hebat sekali. Kau akan jadi guru yang hebat, aku bisa melihatnya dari caramu memperlakukan adikmu"
Olivia tersenyum "Terima kasih"
Aku tersenyum menatap anakku. Lalu keduanya mengobrol lagi, aku menatap anakku yang mengobrol dengan begitu bersemangat dengan Allegra. Jarang sekali aku melihatnya begitu bersemangat. Tunggu, bukan jarang, rasanya hampir tidak pernah.
Lalu tiba tiba seseorang berjalan di sisi Oliver sambil menggendong tas besar. Tasnya menyenggol gelas milik Oliver dan isinya tumpah, membasahi pakaian dan makanannya.
"Ya ampun..." desis Allegra cepat, cepat cepat mengangkat gelasnya dari hadapan Oliver.
"Maaf, aku tidak-"
"Tumpah! Basah! Ergh..." teriak Oliver. Orang tadi tidak sempat menyelesaikan kalimatnya dan langsung mundur karena kaget dengan reaksi Oliver.