Semua bersuka cita dan berbahagia di hari kelulusan siswa kelas 12. Setelah melewati masa kurang lebih 3 tahun hidup didalam asrama, tinggal seatap dengan orang lain bahkan saling berbagi dan membentuk sebuah keluarga baru, maka mulai hari ini aku akan mulai menikmati udara segar. Makan makanan enak buatan eomma juga tidur di kasur ku yang empuk dengan kamar ber-AC yang bisa aku setel sesuai keinginan ku. Namun di balik kebahagiaan itu ada sedikit kesedihan, sedih harus berpisah dengan teman-teman, pembina asrama, dan juga guru-guru lain.
Dan satu hal lagi yang membuat aku semakin bersedih, ketika melihat nya menangis di hadapan ku menahan tangan ku agar aku tidak meninggalkan nya.
Dengan suara yang sesunggukan orang dihadapan ku ini berusaha membuka suara, "Aku mohon, jangan tinggalkan aku..Hiks."
Aku beralih untuk memeluknya dengan erat, akupun merasa berat untuk meninggalkan nya. Selama dua tahun ini dia terus menderita karena aku, "tenang lah, aku tidak akan kemana-mana. Jika ada waktu luang aku akan datang menemui mu."
Ini sungguh menyakitkan, aku harus meninggalkan nya untuk melanjutkan pendidikan ku. Orang yang sedang aku peluk saat ini sudah mengalami banyak hal menyedihkan karena hubungan kami yang masih sedikit orang terima. Hanya di tempat ini, di rooftop sebuah gudang terbengkalai yang tidak jauh dari asrama dan jarang diketahui orang lain kami bisa melakukan apapun yang kami mau tanpa takut ada yang memergoki lalu melaporkannya pada guru pembina.
"Aku janji, aku akan datang."
Aku mengelus bahu dan surai hitam panjangnya. Sementara dia semakin menangis di pelukan ku, "sungguh?"
Aku mengangguk diantara pelukan kami,"Sungguh."
Dert
Dert
Aku melepaskan pelukan ku begitu handphone ku berdering. Saat ku lihat siapa yang menelepon ternyata itu eommaku yang sedang menunggu di lobi.
"Halo Eomma."
". . . ."
"Nee Eomma. Aku segera datang."
Setelah sambungan telepon ku dengan eomma mati, aku kembali memasukkan handphone ku ke tas kecil yang sedang aku pakai. Lalu mengeluarkan sesuatu dari sana, sebuah kotak kecil. Aku membuka kotak itu dan mengeluarkan sebuah kalung perak lalu memakaikan pada gadis di hadapan ku.
"Jika kau rindu lihatlah kalung itu, percayalah kita akan selalu bersama walau jarak memisahkan. Aku menyayangi mu, Jisu-ya." Aku memeluk nya lagi. "Bolehkah aku mencium mu?" Jisu hanya mengangguk dengan air mata yang masih menetes.
Lalu aku mencium dahinya, lalu turun ke mata, hidung dan berakhir dengan kecupan kecil di bibir ranum nya. "Aku janji akan menemui mu." Jisu kembali mengangguk.
"Aku pergi dulu." Perlahan pautan jari-jari tangan kami terlepas. Dengan langkah yang berat aku terpaksa harus meninggalkannya sendirian. Aku tak kuasa menahan air mataku saat langkah ku semakin jauh darinya. Aku berharap orang-orang yang selalu menyakiti nya berhenti melakukan itu setelah aku pergi.
✨✨✨
Beberapa minggu setelah kelulusan aku kembali disibukkan dengan urusan pendaftaran masuk universitas. Walaupun sibuk, aku masih menyempatkan untuk menghubungi Jisu. Dan hari ini aku akan menemui nya sesuai janjiku 3 hari lalu.
Aku terpaksa menemui nya malam hari karena urusan ku baru selesai pukul 7 malam. Saat aku melangkah kan kaki masuk ke gerbang asrama aku melihat Jisu sedang duduk di sebuah bangku taman bersama seorang temannya yang mengetahui hubungan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding School [ Ryujin & Lia ] Tamat
FanfictionBercerita tentang seorang gadis bernama Shin Ryujin yang mengingat pertemuannya dengan adik kelasnya bernama Choi Jisu atau orang-orang biasa memanggilnya Lia saat mereka berada di boarding school. ⚠️Peringatan⚠️ Cerita ini hanya fiktif belaka dan m...