Selama beberapa jam aku dan Jisu hanya duduk di bangku panjang depan ruangan Bu Taeyeon. Sementara itu di dalam ruangan para pembina sedang berdiskusi, mungkin sedang mendiskusikan hukuman yang akan di berikan padaku dan Jisu. Sampai hari mulai menjelang malam mereka belum juga menyelesaikan rapat itu. Aku tidak begitu khawatir akan diriku, aku hanya khawatir pada Jisu. Sejak awal masuk dia di kenal sebagai siswi baik dan tidak pernah berbuat masalah.
Aku berbalik menatap nya dan mendapatinya sedang menunduk pasrah. Wajahnya pucat, itu membuat aku sangat takut ia akan kenapa-kenapa. Aku baru ingat kalau dia belum makan apapun malam ini.
"Jisu-ya, kamu belum makan malam. Sebaiknya kamu makan malam dulu."
"Tidak apa, aku tidak lapar."
"Jangan begitu. Wajahmu pucat sekali, aku tidak mau kamu sakit karena telat makan."
"Aku tidak apa-apa, Ryujin." Jisu berucap dengan tenang, "aku mau ke toilet sebentar."
"Biar aku temani."
"Kamu disini saja. Nanti pembina akan mencari kita kalau kita pergi berdua." Setelah mengatakan itu Jisu mulai berdiri. Ia berjalan pelan menuju toilet, aku memandangi punggungnya yang semakin menjauh dari penglihatan ku. Tapi belum Jisu benar-benar menghilang tubuhnya tiba-tiba ambruk.
"Jisu-ya." Aku berteriak dan segera berlari menghampiri nya.
"Jisu-ya, bangun." Ku bawa kepalanya ke pahaku, "Jisu, bangun sayang."
Para siswi yang kebetulan lewat hanya melihati kami tanpa ada niat membantu.
Astaga kenapa mereka sangat bodoh. Apakah mereka buta? Seseorang sedang pingsan disini.
"Yakk... Apa yang kalian lakukan, cepat panggil pembina! Jangan hanya diam melihat seperti orang bodoh." Ucapku dengan air mata yang mulai menetes.
Tidak menunggu waktu lama aku segera menggendong Jisu dan membawa nya ke ruang kesehatan. Membaringkan nya secara perlahan di ranjang, dan mulai menggosokkan minyak angin ke tangan, kaki, dan keningnya. Tidak lama setelah itu Bu Taeyeon dan Bu Krystal datang.
"Apa yang terjadi, Ryujin?" Bu Taeyeon mulai panik.
Air mata ku semakin tidak bisa tertahan lagi, dengan suara yang sesunggukan aku mulai menjawab pertanyaan Bu Taeyeon, "ta-tadi Jisu bilang mau k-ke toilet, tapi tiba-tiba d-dia p-pingsan, B-Bu."
"Wajahnya pucat sekali. Lia pasti belum makan malam kan?" Bu Krystal ikut bertanya. Aku mengangguk bersamaan dengan air mata yang masih menetes.
Malam ini aku memohon izin pada Bu Taeyeon untuk menemani Jisu di ruang kesehatan. Aku ingin memastikan Jisu baik-baik saja. Sekarang gadis itu masih belum juga sadar dari pingsannya, itu membuat aku sangat takut. Syukurnya saat dokter asrama memeriksa nya dokter berkata Jisu hanya kelelahan dan membutuhkan istirahat.
Aku duduk di kursi yang berada di samping ranjang, menggenggam tangan kirinya yang terasa dingin. Berusaha untuk menahan air mata agar tidak menetes lagi. Tapi apa daya ku, air mata ini ingin terus menetes melihat orang yang aku cintai sedang tidak baik-baik saja.
Tidak lama suara decitan pintu menyadarkan ku, sebelum berbalik melihat siapa yang datang segera ku hapus air mata ini.
"Yuna." Aku berucap dengan suara yang serak.
"Bagaimana keadaan Lia, kak?" Ujar Yuna sembari berjalan mendekat pada kami.
Ku tatap wajah itu dengan nanar, "Dia belum juga bangun."
"Aku turut bersedih atas kejadian ini, kak."
"Tidak apa-apa, Yuna-ya."
Tidak lama untuk yang kesekian kalinya pintu kembali terbuka memunculkan dua orang yang paling aku kenal. Yeji dan Chaeryeong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding School [ Ryujin & Lia ] Tamat
FanfictionBercerita tentang seorang gadis bernama Shin Ryujin yang mengingat pertemuannya dengan adik kelasnya bernama Choi Jisu atau orang-orang biasa memanggilnya Lia saat mereka berada di boarding school. ⚠️Peringatan⚠️ Cerita ini hanya fiktif belaka dan m...