Entah apa yang terlewat di pikiran ku aku mengajak Jisu untuk makan di luar lingkungan asrama. Tentunya untuk melakukan itu aku harus berjuang lebih dulu. Menyogok penjaga gerbang dengan sebungkus rokok dan menjanjikan membawakan nya makanan begitu kembali.
"Ryujin." Jisu menahan tangan ku saat kami sampai di depan sebuah kafe yang berada tak jauh dari asrama.
"Hum.. kenapa, Jisu-ya?"
Jisu menunduk dan memainkan kedua kakinya. Aku mendekati gadis itu dan mengangkat wajahnya untuk menatap ku. "Ada apa? Kamu takut kita ketahuan keluar tanpa izin dari asrama?"
Gadis itu mendengus dan mengangguk. "Jangan khawatir, serahkan semua padaku. Kalaupun kita ketahuan aku yang akan menanggung nya."
"T-tapi."
"Sudah, ayo kita masuk biar bisa cepat kembali." Jisu hanya bisa pasrah saat aku menarik nya masuk ke cafe itu. Aku memesan beberapa makanan kesukaan ku dan makanan kesukaan Jisu. Padahal tadi ia terlihat sangat khawatir tetapi dengan banyaknya sajian favoritnya berhasil membuatnya sedikit tenang.
Sekitar 30 menit kami selesai makan siang bersama. Lalu segera kembali ke asrama tidak lupa dengan janji sogokan pada penjaga gerbang. Awalnya semua terlihat aman-aman saja, karena suasana saat ini sangat sepi. Tapi ternyata dugaan ku salah, kami berdua hampir ketahuan oleh guru BK. Tetapi sebelum guru BK benar-benar mendapati kami berdua aku segera menyuruh Jisu mengambil jalan yang berbeda dengan ku.
"Hei kamu." Ujar guru BK yang tidak lain adalah pak Park, yah beliau ada guru yang menyita novel ku beberapa bulan lalu.
"Kamu lagi, Ryujin. Dari mana kamu? Ini masih jam pelajaran." Pak Park mengarahkan tongkat kayu andalannya pada ku.
"Maaf Pak. Tadi saya habis dari asrama." Bohong ku. Aku tidak mungkin berkata jujur karena pak Park pasti akan menanyakan kepada penjaga gerbang. Bisa-bisa penjaga itu mengatakan yang sebenarnya.
"Kamu ini! Ini masih jam sekolah, apa yang kamu lakukan di asrama?"
"A-anu.. tadi perut saya sakit, di toilet sekolah tidak ada air, jadi saya ke asrama." Aku menunduk menjawab pertanyaan pak Park.
"Banyak alasan kamu ini, seharusnya kamu ini memberikan contoh yang baik buat para siswa-siswi. Kamu kan calon wakil ketua OSIS, Ryujin."
Aku membungkuk dan meminta maaf sekali lagi.
"Karena kamu sudah membolos jadi kamu saya hukum membersihkan toilet."
Aku mendongak, "loh, Pak? Kan saya sudah katakan saya habis buang air."
"Sudah, tidak ada protes lagi. Cepat selesaikan hukuman kamu."
Aku menghela nafas panjang, dengan perasaan kesal aku pun pergi untuk melaksanakan hukuman yang di berikan oleh guru killer itu. "Padahal aku sudah bilang perut ku sakit, masih juga di hukum. Dasar BOTAK." Ujarku dengan memberikan penekanan pada kata terakhir.
"Apa yang kamu lakukan disitu? Cepat kerjakan hukuman mu."
"Nee."
Sudah sekitar 15 menit aku membersihkan toilet dan sekitar 3 menit lalu bel istirahat pun sudah berbunyi sehingga membuat para siswa-siswi yang lewat melihat aku keheranan, tak jarang pula ada yang menertawakan ku. Sampai suara kegaduhan yang amat sangat tidak asing perlahan mendekat.
"Anak itu dimana? Tadi sudah aku bilang kita bertemu di kelas, tapi sampai sekarang dia tidak muncul." Kata pemilik suara yang tidak lain adalah Yeji.
"Tadi juga setelah memilih dia langsung keluar dari aula, aku pikir Ryujin langsung ke kelas." Sahut suara berikutnya yang sudah pasti itu Chaeryeong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding School [ Ryujin & Lia ] Tamat
FanfictionBercerita tentang seorang gadis bernama Shin Ryujin yang mengingat pertemuannya dengan adik kelasnya bernama Choi Jisu atau orang-orang biasa memanggilnya Lia saat mereka berada di boarding school. ⚠️Peringatan⚠️ Cerita ini hanya fiktif belaka dan m...