BOARDING SCHOOL 16

297 34 5
                                    

Pagi telah tiba, itu artinya hari ini aku dan Jisu harus siap menerima hukuman yang akan di berikan oleh pembina. Bukan hanya pembina, bahkan guru-guru pun datang melihat. Jisu yang duduk di samping ku terus menunduk dengan wajah yang tampak lesu dan sedikit pucat. Hal itu membuat aku sangat khawatir padanya.

Apakah setega itu mereka menghukum seseorang yang sedang sakit?

"Jisu-ya."

Ia mendongak dan menatap mataku, "hum?" Senyum tipis terukir di wajahnya.

Tangan kiriku meraih tangan kanannya sedangkan tangan ku yang satu lagi menyentuh wajah cantik nya, "Maaf kan aku."

"Ini bukan salah mu, Ryujin-na."

"Ini salah ku, aku yang membuat mu terus menderita. Maaf." Air mata yang sedari tadi aku tahan akhirnya menetes juga.

"Ryujin, Lia." Kami berbalik begitu mendengar suara seseorang memanggil nama kami. Rupanya itu Bu Taeyeon, "sekarang kalian ikut saya."

Aku meneguk ludah sendiri merasa gugup dan takut. Jisu sendiri tampak berusaha menenangkan diri. Sedetik kemudian kami berdiri dan mulai berjalan mengikuti Bu Taeyeon dari belakang.


Banyak pasang mata yang terus memperhatikan kami begitu aku dan Jisu masuk ke lapangan. Terdengar berbagai bisikan, ada yang merasa kasihan ada juga yang memberikan hujatan. Aku berusaha menyamakan langkah ku dengan Jisu dan mulai menggenggam tangannya.

"Jadi kalian yang namanya, Shin Ryujin dan Choi Jisu?" Tanya seorang wanita paruh baya yang terkenal sebagai salah satu guru killer, Namanya Bu Sunmi.

"Nee."

"Apa kalian sudah gila? Hubungan macam apa itu? Apa sudah tidak ada laki-laki di dunia ini sampai-sampai kalian harus menjalani hubungan bodoh itu?"

"Maafkan kami, Bu. Ini salah ku, Jisu tidak bersalah."

"Tidak. Ini salah ku."

"Kalian sama saja. Kalian tau kan apa hukuman yang akan kalian dapat?"

Aku lagi-lagi menelan ludah sendiri.

"Ambil posisi berlutut." Bu Sunmi mulai mengeluarkan rotan miliknya.

Plak

Satu pukulan mengenai punggung ku. Terasa sangat menyakitkan. Tapi lebih menyakitkan lagi begitu rotan itu melayang ke tubuh Jisu.

Plak

"Bu tolong jangan hukum dia." Aku memohon dengan air mata yang mulai membasahi pipi.

Plak

"Diam kamu." Lagi-lagi rotan itu melayang ke punggung ku.

"Orang-orang seperti kalian ini seharusnya tidak ada di permukaan bumi."

Plak

Plak

Plak

Rotan itu secara bergantian melayang ke tubuh ku juga Jisu, "Bu saya mohon jangan Jisu lagi." Air mata ku semakin deras. Sedangkan Jisu hampir saja terjatuh karena tidak kuat menahan sakit.

"Jisu-ya."

"Hei, siapa tadi yang saya suruh ambil air di selokan? Cepat bawa kesini."

Tidak lama seorang siswi datang dengan seember air kotor yang tercium sangat bau.

"Tidak..." Aku berlari menghampiri Jisu dan memeluk tubuhnya, "tolong jangan hukum dia lagi."

Byur

Boarding School [ Ryujin & Lia ] TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang