BOARDING SCHOOL 29

232 32 2
                                    

Suara sahut-sahutan tepuk tangan masih terdengar jelas di telinga ku walaupun aku dan Jisu sudah turun dari panggung. Aku berjalan duluan dan Jisu di belakang ku. Jujur, aku sangat senang bisa duet bersamanya. Disisi lain aku pun merasakan gugup karena rindu yang sudah lama aku pendam.

"R-Ryujin." Aku terdiam begitu gadis itu memanggil ku. Aku tidak sanggup menatap wajahnya. Bisa-bisa aku menangis disini.

"Ya?"

"Tadi sangat hebat. Terimakasih."

"Tidak perlu berterima kasih, Jisu-ssi."

"Tidak bisakah kamu menatap ku sebentar saja? Aku sedang bicara padamu. Dan kenapa kamu jadi bicara formal padaku."

"Aku rasa aku tidak sanggup untuk menatap mu lebih lama."

"Kenapa?" Nada bicara gadis itu mulai terdengar sendu.

Aku menghembuskan nafas panjang, "Itu hanya akan membuat ku terluka, Jisu-ssi."

"Aku tidak paham apa maksud mu, Ryujin."

Aku terdiam cukup lama, aku bingung harus menjawab nya bagaimana lagi. Tapi jujur, hanya dengan menatapnya saja bisa terjadi dua hal secara bersamaan yang aku rasakan. Aku merasa senang, tapi aku juga merasa sedih. Apakah serumit itu cinta?

"RYUJIN..." Dari ujur koridor Minju berteriak memanggil ku, bahkan sekarang gadis tinggi itu sedang berlari menghampiri ku. Dan tanpa aba-aba dia langsung menghempaskan tubuhnya ke arah ku dan memelukku sangat erat. "Penampilan kamu tadi sangat hebat." Ujarnya masih dalam keadaan memelukku.

Aku tidak tahu seperti apa raut wajah Jisu yang masih berada di belakang ku sekarang. Dengan cepat aku melepaskan pelukan Minju. "Jangan seperti ini, Minju. Orang-orang melihat kita."

"Kalau begitu ayo cari tempat yang tidak ada orang satupun agar kita bisa berpelukan sesuka kita." Mataku melebar mendengar ucapan gadis itu, aku tidak tau apa yang ada dipikiran Minju.

"Lia." Dari arah yang sama dengan datangnya Minju tadi sosok laki-laki bertubuh tinggi datang dengan sebuket bunga mawar. Ia berjalan mendekati kami, lebih tepatnya mendekati Jisu.

Aku dengan segala rasa pengecut ku masih tidak ingin berbalik menatap mereka. Aku tidak sanggup, bisa-bisa aku benar-benar menangis.

"Ini untuk mu, tadi kamu sangat keren." Ucapnya, mungkin sekarang dia telah menyerahkan buket bunga itu pada Jisu.

"Terimakasih, Soobin. Tapi kamu tidak perlu repot-repot seperti ini." Suara lembut Jisu kembali terdengar.

"Apapun tentang mu aku tidak akan merasa repot." Astaga, apa-apaan itu. Ucapan apa itu. Mendengar nya membuat ku merasa mual.

"Ah...kamu juga Ryujin. Tadi penampilan mu sangat keren."

Aku tersenyum tipis, "hmm, terimakasih, Soobin-nna."

"Lia, ayo kita ke kantin." Laki-laki itu kembali bersuara.

"Hmm...lain kali saja, Soobin. Aku akan ke kantin bersama Yuna."

"Ayo Lia, aku akan traktir apapun yang kamu mau. Yuna juga sudah menunggu kita di kantin."

"Hahhh...baiklah."

"Oke semua. Kami duluan." Aku kembali memasang wajah seolah aku tidak perduli.

"Cih, apa-apa itu." Umpatku dalam hati.

"Ayo kita ke kantin juga, Ryu."

"Maaf Minju, aku tidak mau." Tolakku dan langsung meninggalkan Minju di tempat.

"Ryujin...Tunggu aku."

Aku masuk ke kelas ku dan langsung duduk di bangku ku yang berbeda di paling belakang. Hati ku terasa tidak baik-baik saja, tubuh ku terasa panas. Rasanya aku ingin menangis melihat Jisu pergi dengan Soobin. Tapi aku bisa apa. Dia bukan lagi siapa-siapa ku. Kami hanya sebatas senior dan junior sekarang.

Boarding School [ Ryujin & Lia ] TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang