7. Sarang Naga

808 72 16
                                    

Mas Naga comeback. Tornya sibuk kuliah (^^). Selamat membaca buat yang baca:-)💙

"Kita sembunyi di sana aja!" Ujar Deyuni mengambil keputusan, sambil menunjuk pintu berwarna hitam pekat itu. Sepertinya, bersembunyi di gudang bukan ide yang buruk, pikirnya.

"Oke." Jawab Biru dan Adeni.

♠️♠️♠️

Beberapa menit yang lalu...

"Tu-juan kita se-benar-nya ke-mana sih Lar! Sum-pah gue ca-pek! pake bingit Lar." Sahut Adeni dengan nafas yang sudah tersenggal-senggal akibat lari terlalu lama.

"Diem deh De! Pusing gue denger suara Lo!" Sentak Deyuni disertai tatapan tajamnya yang mengarah ke Adeni.

"Ma-ap Lar maap hiks ja-gan marah, Adeni kan cum-an cap-ek hiks" Balas Adeni dengan suara yang sudah gemetar karena tangisnya.

Mendengar suara tangis dari Adeni, sontak Biru dan juga Deyuni menghentikan langkah mereka, kemudian menatap heran ke arah Adeni.

"Hiks capek." Rengek Adeni dengan manja, membuat Deyuni dan Biru menepuk jidat mereka melihat kelakuan teman absurdnya itu. Tolong! Saat-saat seperti ini kenapa teman stresnya ini harus menangis sih. Pikir Biru dan Deyuni. Waktu sangat mepet saat ini, Naga senior iblisnya itu pun sudah semakin dekat pastinya.

"Please De. Jangan nangis! Bentar aja Lo lanjut nangisnya yah, gue minta oke." Pinta Deyuni.

"Iya yah De, jangan nangis yah pending dulu gitu. Kakak galak itu pasti udah dekat De." Tambah Biru dengan raut wajah khawatir disertai wajah yang semakin memucat.

"Ta-tapi ja-jangan marah la-gi." Balas Adeni dengan sesenggukan sambil menghapus air matanya dengan kasar.

"Astaga iya nggak marah lagi oke udah yah!" Jawab Deyuni dengan cepat takut jika tiba-tiba Naga muncul dan memcincang mereka hidup-hidup. Karena yang ia tahu, Naga sangat tidak pernah bermain-main dengan ucapannya.

"Udah yah De, jangan nangis yah." Pinta Biru dengan mengelus-elus bahu Adeni dengan maksud menenangkan Adeni.

"WOI CABE MANA LO HA!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang sepertinya tidak jauh dari tempat mereka saat ini.

Mendengar suara itu, spontan Biru, Adeni dan Deyuni saling menatap satu sama lain. Suara ini! Mereka tau siapa suara ini. Suara seorang Naga Arbintang Wirantono, sosok yang mereka hindari saat ini.

"Ayo cepet sini." Sentak Deyuni sambil menarik paksa lengan Biru dan Adeni. Bahaya! Naga sepertinya semakin dekat dengan mereka. Bagaimana ini?! Astaga kenapa otaknya harus macet saat-saat di seperti ini. Ya ampun!

"Gi-gimana ini Ni! Kakak galak itu kayaknya udah deket deh." Kata Biru di sela lari mereka.

"Gu-gue juga bi-ngung Ru. Yang paling pe-nting seka-rang kita ngejauh aja dulu." Jawab Deyuni. Benar, yang ad dipikirannya saat ini hanya menjauh sejauh-jauhnya dari Naga.

"Ru, Lar." Panggil Adeni dengan lirih membuat Biru dan juga Deyuni berhenti kemudian melihat ke arah Adeni.

"Lihat deh." Kata Adeni sambil menunjuk sesuatu di depan sana.

Damn it!

"Astaga!" Pekik Deyuni dan Biru saat melihat tembok dengan cat putih di depan mereka saat ini.

NAGA CRUELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang