Pintu kamar Rose dibuka, "My Roses?"
Rose tau itu suara siapa, dan yang memanggilnya dengan panggilan 'My Roses' hanya Sooyoung.
Malas menyahuti sang mama, gadis itu memilih memejamkan kedua matanya.
"mama tau, kamu cuma pura-pura tidur kan?" Sooyoung duduk ditepi kasur Rose dan tangannya bergerak mengusap lembut surai putrinya itu.
"kemarin mama jalan-jalan ke store baju, terus ke beli ini buat kamu" Sooyoung meletakkan paper bag disamping Rose
Belum ada respon apapun dari Rose, gadis itu justru membuat suara dengkuran palsu untuk mengusir Sooyoung.
"hari ini lagi ada diskon besar-besaran loh di Plaza Mall" (nama mall nya ngasal)
"temenin mama yuk, gaada penolakan ya--pakai baju barunya"
Rose masih belum menunjukkan respon apapun bahkan sampai Sooyoung telah berdiri diambang pintu kamarnya untuk keluar dari sana.
"10 menit Roseline Azelia, atau mobil dan semua fasilitas kamu mama sita" ujar Sooyoung sebelum menutup pintu kamar Rose dan benar-benar menghilang dari sana.
Rose tidak bisa membayangkan dirinya tanpa mobil kesayangannya dan kartu-kartu penghasil duit miliknya. Dengan amat terpaksa, gadis itu bangkit dari kasurnya dan bersiap-siap dengan memakai baju baru pemberian Sooyoung.
Setelah terdiam beberapa detik memandangi pantulan dirinya di cermin, gadis itu menyatukan seluruh rambutnya dan mengikatnya tinggi-tinggi, kemudian ia keluar dari kamarnya dan turun menghampiri Sooyoung yang duduk di ruang tengah, memangku sebelah kakinya dengan kacamata yang bersarang di wajahnya dan pandangannya fokus ke layar ponsel.
"eh, udah selesai anak mama?"
Rose melirik ponsel Sooyoung yang tadi menjadi titik fokus wanita itu.
"tenang aja, ini bukan soal kerjaan kok cantik"
"lagian kalau soal kerjaan juga Oci gak peduli--toh, mama yang minta ditemenin"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Student That I Love [END]
Teen Fiction[a jaerosé fanfic] Roseline Azelia, si murid yang anti matematika, apalagi sama gurunya. Eh, tapi malah harus dihadapkan dengan guru matematika itu hampir setiap hari karena remedial terus-menerus. Namun, siapa yang menyangka kalau guru matematika i...